50 - Tembikar.

118 9 0
                                    

Berkas-berkas yang tertumpuk di atas meja bertambah di luar sepengetahuannya. Soobin menoleh ke meja lain, mendapatkan tumpukkan tipis yang berbeda jauh dengan tebal pekerjaan yang harus ia lakukan.

Rupanya orang itu tidak bercanda.

Soobin tidak mengeluh.

Sekembalinya menyeduh teh dan mengisi ulang botol minumnya, ia kembali duduk, meniti satu per satu pekerjaan yang harus ia selesaikan sebelum pukul lima sore.

Gini aja? Ya elah...

Senyum mengiringi dirinya menangani tugas magang yang diperberat karena direktur yang membencinya.

Hari kelima.

Semua dimulai sejak pagi pertama, saat mahasiswa magang diharuskan melakukan pelaporan ke direktur utama perusahaan. Ya, Soobin harus menghadap ke tingkat teratas Kimsky hari itu. CEO Kimsky Prop., Kim Seokjin.

"Oh? Kamu magang di sini?"

Sapaan.

"Mohon izin, Pak. Saya---"

"Choi Soobin."

"... Iya, Pak."

"Hebat juga kamu bisa tembus magang ke sini."

"... Mohon bantuannya untuk satu bulan ke depan, Pak."

"Magang gak dibantu."

Tidak. Soobin tidak membencinya. Sebuah larangan membenci ayah dari gadis yang ia cintai, bukan?

Sayang sekali hal begini bukan tantangan sulit bagi seorang mahasiswa teknik yang merangkap jabatan kuasa besar di organisasi nomor satu kampus.

Mungkin Soobin harus sesekali menyombongkan dirinya.

Ketua BEM Kampus.

Mahasiswa berprestasi sejak tahun pertamanya.

Anak emas semua dosen.

Huruf B tidak pernah hadir di transkrip nilainya. Soobin hanya mengizinkan huruf A yang tercetak di lembar yang ia serahkan pada ibunya tiap akhir semester.

Kim Seokjin terlalu remeh memandang Soobin.

Anna saja tak keberatan membuang nama pria yang mengisi kolom sebagai ayahnya di kartu keluarga. Maka orang itu bukan menjadi hambatan untuk Soobin menarik Anna menjadi baris kedua di kartu keluarga yang kelak ia kepalai.

Mau ngatain brengsek, tapi dia calon mertua gue...

"Choi Soobin," bisik panggilan rekan yang lewat di belakangnya.
"Dipanggil Pak Kabid di ruangannya."

Ya ampun...

Soobin mengetuk tiga kali pintu berkaca berlapis yang merabunkan isi di dalamnya.
"Permisi, Pak," sapanya, menunggu izin untuk pintu terbuka.

"Ya, Nak. Masuk aja."

Secepat ia mendapat mata tajam yang menusuk tepat di langkah pertamanya memasuki ruangan, secepat itulah Soobin menurunkan pandangan. Berdiri beberapa jarak dari ketua bidangnya, Bidang Riset dan Perencana Perusahaan, sekaligus pembimbingnya di sini, dengan kedua tangan tertumpuk di sumbu tubuhnya, dan kepala tertunduk.

"Ini, Pak. Mahasiswa magangnya. Mahasiswa berprestasi dari kampusnya, yang kemarin sama HRD dimasukkin departemen saya. Namanya Choi Soobin."
Pria ramah yang sudah mengakhiri umur kepala empat dengan setelan jas rapi, tersenyum selama ia memperkenalkan Soobin, dengan semua embel-embel gemilangnya.
"Jurusan apa kamu, Nak?" tanya Kabidnya, menoleh sesaat pada Soobin.

Klandestin | Choi SoobinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang