77 - Dark Shade

196 8 11
                                    

"Gue gak percaya setan."

Sebenarnya, pernyataan Hwang Hyunjin kali ini disetujui mutlak oleh kelima teman yang lainnya, yang bersisian pada kaca elevator.

Tak biasa-biasanya, Choi Soobin mengangkat tanya bertemakan di luar bahasan ilmiah. Seperti pertanyaannya sebelum ini, yang terlugas dalam mimik kakunya, paras serius yang terbalas gelak tawa serempak Rahasia Negara.

Tadi Soobin bertanya, "Gimana kalo misalnya setan beneran ada?"

"Bin, ayolah... Lo tuh Mapres. Kayak ginian lo pertanyakan?" tukas Yeonjun yang baru mengusaikan tawanya.
"Anjir, anjir... Selama ini lo belajar cara rakit robot apa cara make jenglot, dah?"

Sentimennya Soobin yang segera menyinis tajam kepada teman-teman yang sekali lagi tertawa. Jadi sebelum Soobin membuka taring panjangnya, Jisung mengangkat dagunya, meraih kepala Soobin dan mengacak sadis rambutnya di atas sana.
"Biasanya barang di tempat tinggi, debunya tebel. Otak lo berdebu, ya?"

"HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAH."

Tak pakai berucap lagi, Soobin mengunci kedua tangan Jisung di belakang tubuh, menahannya seperti borgolan.
"Gue nih ngomong serius, ya," tuturnya menggeram kesal.

Percakapan macam apa yang Soobin angkat, ketika mereka meluncur turun dari puncak gedung menuju pertengahan lantai untuk menyebrang ke gedung parkiran tempat mobil Changbin dan Jisung berada. Mulanya pun Changbin dan Jisung tak memiliki keinginan untuk diantar layaknya bocah yang pulang sekolah larut begini, tetapi didorong kode keras Yeonjun untuk melakukan perbincangan singkat yang tertunda menjadi makan malam besar bersama tadi, maka jadilah mereka berenam menuruni elevator langsung dari griya tawang hunian Anna Kim bersama.

Pembuka yang Soobin berikan benar-benar mengundang komedi malam.

"Ayo keburu keluar lift," ucap Changbin yang mulai gusar menatap angka penunjuk tingkat gedung semakin merendah.

Yang direspon dengan hela napas serempak Rahasia Negara.

"Lia."

Kalau Jisung, memilih untuk pergi ke radar sejauhnya, yang tak terjangkau ujung mata Julia Choi sama sekali. Tak bisa melenyapkannya, maka enyahkanlah diri sendiri dari hadapannya.

Kalau Hyunjin, memilih untuk mengecamnya sampai ia setengah mati, memutuskan untuk menyerah dan menghentikan segala rencananya. Bagaimana argumennya nanti, dipikirkan belakangan.

Kalau Soobin, memilih jalan sejenis Jisung. Melindungi diri sendiri dan tidak melibatkan dengan sengaja dalam urusan yang semeja dengan Lia adalah jalan terdamai tanpa menyentuhnya yang bisa mereka lakukan.

Kalau Seungmin, memilih untuk menjalankan percakapan kepala dingin dengan Lia. Mengingat belum mereka ketahui latar sesungguhnya Lia mencari Annette dan Anna dalam waktu yang bersamaan. Mungkin akan berbuah manis juga, jika konferensi berjalan mulus, menumbangkan dendamnya misalnya.

Kalau Yeonjun, memilih untuk pasrah. Yeonjun tidak berkenan mempersulit kepalanya untuk berpikir dan memutuskan untuk mengikuti rencana apapun yang malam ini diputuskan.

Jadinya...

"Kita diemin aja, Kita pantau dulu. Kita gak bisa bahayain diri sendiri juga, kalo diinget dia anak siapa."

Kesimpulan akhir Changbin bertepatan pintu elevator yang membelah.

Cerita ini memang sudah sangat panjang, tapi perkenalkanlah kembali, Rahasia Negara.

Cerita ini memang sudah sangat panjang, tapi perkenalkanlah kembali, Rahasia Negara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Klandestin | Choi SoobinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang