76 - the end of to-day

95 10 1
                                    

Mari berhitung mundur.

Lima.

Yeji menyalipnya, berlari membukakan pintu lorong menuju kamar Ryujin dan Hyunjin, untuk menempatkan penghuninya yang masih dalam pemulihan tanpa menjeda berjalan bisa tiba menuju kamarnya.

Empat.

Yeonjun sekelibat menuju ke dapur, mengutamakan mengambil air dalam baskom dan sesuatu yang di jalan Yeonjun sebutkan untuk mengompres memar. Yang tak terlalu ia perhatikan.

Tiga.

Keributan yang Beomgyu dan Felix tubrukkan tampaknya belum begitu mempan untuk menyebabkan sang pemilik serta penghuni lainnya keluar dari ruangan tempat mereka bersemayam. Masih belum ada tanda-tanda akan adanya kemunculan yang memang tak mereka harapkan, jadi tuntaskan saja sampai akhir.

Dua.

Sempat pula Hyunjin dan Seungmin sekilas beradu debat, lewat sinis tajam mata satu sama lain.

Satu.

Changbin dan Jisung menghela napas lega.

"RYUJIN! GUE DAPET MERCH RE-RECORDED YANG---"

Oh, hitungannya kurang lama.

"Ryujin? RYUJIN? CHAERYEONG?"
Sambil berlari menuruni tangga, menganggap angin sosok-sosok lainnya yang ada, Anna Kim berjalan lurus kepada dua teman yang masuk dengan bantu bopongan kekasihnya masing-masing.

Sudahlah, Changbin tak mau ambil pusing anak-anak orang kaya ini.

Senggolan Jisung pada sikunya, berbisik.
"Liat tuh temen lo," katanya, menunjuk dagu ke arah puncak tangga.
"Gak ada panik-paniknya kalo bukan ceweknya yang kenapa-napa."

Jisung membicarakan tentang kawan mereka yang tanpa terusik sedikit pun, menuruni tangga dengan tenangnya, tak meraut wajah penasaran ataupun mempertanyakan dua orang terpompong yang tidak bisa berjalan sendirian.

Choi Soobin menggaris senyum tipisnya menghampiri Changbin dan Jisung.
"Tumben kemari," sapa ringannya.

Soobin tampak seperti baju yang baru disetrika sore ini. Rasanya terakhir kali Changbin melihat sosoknya pagi tadi, tampangnya lebih kusut dari kanebo kering yang terlalu lama disimpan di luar ruangan.

"Kabem kampus gue cabut hari ini. Mau ghibah jadi gue sama Wakabemnya. Mau ikut?"
Changbin membalas senyum kecut yang serupa lebarnya.

Soobin menderai tawa renyah mendengar sindiran langsung yang ditujukan untuknya. Ia menggaruk keki rambutnya, menunjuk dapur yang sekilas dengan senyum maaf.
"Rame banget? Eh, gue tadi beliin makanan buat Haje. Kayak bisa buat dua puluh orang, dah---"

"Heh," sergah Jisung, memukul rentang tangan Soobin, menurunkannya.
Jisung mendekat pada telinga Soobin, yang segera Soobin rendahkan dirinya sendiri sebelum Jisung yang menjambaknya agar kedudukannya menyejajarkan Jisung.
"Lo samperin dulu itu Ryujin sama Chaeryeong," titahnya berbisik lekas.

Dagu Soobin tertarik cepat, menoleh dua detik pada gerangan yang Jisung suruh, lalu kembali dengan alis tertaut menatap Changbin dan Jisung bergantian.
"Ngapain gue?"

Bener-bener malfungsi hati.

Anna Kim doang isi kepalanya.

"Mereka habis dilabrak Lia," terang Changbin sekali napas.

Tertegun sejenak, Soobin hanya mengangguk dan menggumam kemudian.

"Mereka dilabrak Lia, Soobin," ulang Changbin lebih lekat menatapnya.

"Terus gue disuruh ngapain?"

Klandestin | Choi SoobinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang