61 - Multiple Choices

104 10 1
                                    

"Holy fuck."

Permainan macam apa lagi ini?

"Gak bisa. Ilang. Hapenya off."

Tentu Anna dan Beomgyu juga mendengar jelas laporan yang Felix berikan lewat sambungannya.

"WOY? DENGER GAK, SIH!?" ulang rekannya dari balik layar, ketika tidak mendapat jawaban apapun baik dari Taehyun, Beomgyu, dan Anna.

Sesaat Taehyun menatap Anna, yang tengah menatap ke luar dinding menembus kaca dengan pandangan tengah menimbang. Entah apa yang dipikirkannya begitu rinci saat ini.

Juga kepada Beomgyu yang ujung matanya terus mengarah pada Anna.

Agaknya Kang Taehyun mulai lelah dengan segala drama murahan ini.

"Ya, Lix. Kabarin kalo kesambung lagi, ya."
Pada akhirnya Taehyun yang membalas ucapan Felix.

Dengusan kasar disambung tawa miring Beomgyu menyela. Pria itu melepas sambungan penyuara di telinganya. Sambil memutar diri menghadap utuh pada Taehyun dan Anna, ia berdiri penuh nyaman dengan tangan berkacak di pinggang.
"Jelas rencana lo udah ada yang tau, Na. Makanya Yeji bisa kabur," katanya, melepas suara dalam.
Lalu Beomgyu menoleh pada Taehyun.
"Kita tau siapa. Dari dulu dia doang yang hobi ganggu kita."

Memang malam bukan waktu yang baik untuk bertindak.

Choi Beomgyu yang otaknya sudah tertidur, jadi bertindak tanpa berpikir. Tak memikirkan bagaimana Anna kini menyinisi setajam-tajamnya dan siap menerkam Beomgyu dengan taring dan cakarnya jika satu kali lagi Beomgyu mengeluarkan sindirannya.

"Cowok lo, Na. Choi Soobin."

Baik. Itu lebih buruk dari dugaan Taehyun. Menyebut namanya.

Langkah sepatu Anna saat mendekat pada Beomgyu benar-benar membuat bulu kuduk Taehyun bergidik ngeri.

Dari tempatnya berdiri, Taehyun tidak bisa melihat seperti apa penampakan wajah yang Anna hadapkan pada Beomgyu. Tapi yang Taehyun tahu, dari bagaimana Beomgyu menelan salivanya sendiri dan meredupkan emosinya begitu Anna menghadap padanya dari jarak kurang dari dua langkah, adalah gambaran yang tepat bahwa malam ini Anna Kim adalah kawan mereka yang tidak memiliki hati dalam setiap tindakannya.

Dalam aturan hidupnya, yang benar hanyalah dirinya sendiri.

"Mulut lo gak pantes buat nyebut nama dia."

Taehyun yang tidak memiliki seberkas pun rasa tertarik kepada Anna saja merasakan perihnya. Bagaimana temannya, Choi Beomgyu, yang diucapkan dengan nada dingin dan suara tajam itu di depan wajahnya, oleh gadis yang ditaksirnya sendiri.

Sekali lagi.

Taehyun sudah muak dengan drama roman dramatis yang penggalan kehidupannya melibatnya dirinya sebagai orang terdekat dari pemain utama yang disorot oleh lampu menyilaukan. Bukan untuk cerita seperti ini dirinya dilahirkan.

Taehyun hanya butuh drama monoton tanpa lampu terang berlebihan hingga ia menyelesaikan skenario bagiannya.

Naskah dramanya sendiri. Indah tanpa konflik menyebalkan.

Untuk menegur Beomgyu bisa semudah mengintimidasinya lewat mata. Namun untuk mengatur Anna, Taehyun harus mengarungi dan mengikatnya layaknya menangkap musang.

"Ayo ke gedung parkir. Kalo mereka cabut, pasti ke sana," tengah Taehyun setelah menarik Anna menjauh.
Kali ini tidak lagi Taehyun biarkan tangan Anna lepas dari kuncian genggamannya.

Meski gestur tak suka Beomgyu perjelas pada ekspresinya atas tangan Anna yang ada di bawah kuasa Taehyun, ia tidak peduli. Melepaskan Anna malah lebih memperumit segalanya.

Klandestin | Choi SoobinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang