74 - Musketeers

108 9 1
                                    

"Cantik-cantik gayanya selangit."

Mati nih gue.

---

"AAAH!"

Terkutuklah Teknik Industri. Mata kuliah Proses Manufaktur, tolong mengundurkan diri dari daftar mata kuliah yang harus ada di semester empat program studi ini.

Apa gunanya teknologi maju yang membentuk mesin pabrik kalau semua rancangan alat mekanis ini masih harus dibuat dengan tangan manusia?

"Anna gapapa?" tanya panik Nako yang langsung menghampirinya setelah Anna menjerit pedih.
Sebelum Anna menjawabnya, lebih dulu ia meraih tangan Anna, meniti luka memerah yang Anna dapatkan dari sentuhan solder kepadanya.
"Ke klinik dulu, ya?"

Anna menggeleng cepat, meniupi lukanya bersamaan dengan Nako.
"Belom kelar bagian gue..." jawab Anna, meringis hampir menangis saat mengibas tangan kirinya yang terluka tadi.

"Ini bisa gue cover, Na. Lo ke klinik aja."
"Udah sana. Cabut aja. Dikit lagi kita kelar."
"Hati-hati ke kliniknya. Lepas dulu wearpack-nya, Na."
"Cepetan keluar keburu dosennya balik."

Untuk saat-saat begini, ada baiknya titel nama yang Anna miliki sebagai kekasih Ketua BEM. Anna tidak akan berhenti bersyukur untuk kenyataan yang satu ini. Terimakasih telah mempermudah seluruh jalan perkuliahan yang berliku tajam bagai perjalanan menuju puncak.

Puncak.

"Mau ke Puncak..."

"Iya... Tunggu libur, ya?"

"Gak mau. Kelamaan..."

"Ke Puncak kalo cuma sehari, mau ngapain, Sayang?"

"... Taman Safari?"

"Kamu mau ke Taman Safari?"

"MAUUU."

"Oke. Berdua aja?"

"IYAAA."

"Oke... Weekend, ya?"

"ANNA SAYANG KAK SOOBIN!"

Padahal sepulang dari kampus hari ini, Anna sudah berencana untuk mempersiapkan perjalanan untuk akhir pekannya. Kencan mengelilingi kebun binatang. Tapi apa? Suasana hatinya sekarang hancur lebur karena kulit memerah kering karena terpapar panas bakaran besi.

Memang dirinya sendiri yang memilih teknik sebagai fakultasnya, teknik industri sebagai studinya. Karena inilah satu-satunya jurusan dengan materi yang minim menggambar dan membaca desain.

Minim bukan berarti tidak ada. Tetap ada pelajaran sejenis itu, tetapi tidak sepadat studi lain dalam fakultas ini. Seperti arsitektur, teknik sipil, teknik mesin, dan lainannya. Teknik Industri terasa seperti anak tiri fakultas teknik yang banyak ketidaksamaan dengan rumpunnya.

Dan celah itu yang Anna cari, membayangkan kuliah mudah tanpa banyak praktikum memotong besi atau merancang alat.

Tapi ternyata tetap melelahkan.

"Sakit ya, Na? Dikit lagi ya, Na..."

Anna mengangguk, menyekat napas melawan perih yang menyerang syarafnya ketika Nako menitik-nitikkan obat merah dengan kassa di atas luka Anna.

Klandestin | Choi SoobinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang