PRELUDE #4 : My Loneliness

473 63 0
                                    

« P r e l u d e »

¦Agarya Septian

                     |My Loneliness¦

※※

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

I am tired of this place, I hope people change
I need time to replace what I gave away
And my hopes, they are high, I must keep them small
Though I try to resist I still want it all

🎵Troye Sivan --- Fools🎵

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

※※

○◎○

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

○◎○


Pernah nggak kalian merasakan kekosongan setiap kali kalian membuka mata? Tak ada ucapan selamat pagi yang menyambut kalian, membosankan bukan?

Sunyi, suasana itu yang selalu gue dapatkan, setiap kali membuka mata di pagi hari. Gue menghela napas, ketika mendapatkan suasana sepi yang masih sama dengan hari-hari yang lalu. Lagi-lagi seperti ini, tak ingin memikirkan hal itu, gue beranjak keluar kamar dan pergi ke dapur, untuk membasahi tenggorokan gue yang kering, persediaan air minum di kamar gue habis, jadilah gue harus turun ke dapur untuk mengambil minum. Itu hal yang cukup menyebalkan karena gue harus menuruni anak tangga dan barjalan jauh ke dapur rumah gue.

"Morning boy!" sapa seseorang yang membuat gue berkedip beberapa saat untuk memastikan, apakah wanita di hadapan gue ini, bukan halusinasi gue semata aja?

"Mama! Mama kapan pulang? Kok nggak ngasih tau Aga?" tanya gue, sambil menghampirinya dan memberikan kecupan singkat di pipinya.

Gue, Agarya Septian Prahadi. Anak bungsu dari tiga bersaudara, tak ada yang spesial dari gue. Nggak seperti remaja pada umumnya yang hobi bermain diluar rumah, hidup gue hanya berkutat disekitar rumah saja. Bermain game, membaca buku, menonton film. Ya, hanya itu, monoton memang tapi gue menikmatinya.

Wanita di hadapan gue ini adalah nyokap gue, Helena Thomson. Dia masih terbilang sangat cantik dan awet muda ketika usianya sudah berkepala empat. Penampilannya memang cukup nyentrik, dengan potongan rambut panjang Chic yang diwarnai pirang. Beruntunglah wajah Mama bule jadi gaya rambutnya itu cocok saja, walaupun memakai warna rambut apapun, dia tetap cantik. Dasarnya dia punya karisma yang luar biasa. Dia seorang desainer yang memiliki brand yang sudah go internasional. Mama sering bepergian karena itu rumah terasa sepi, kalaupun bukan karena pekerjaan, dia menemani Papa di Batam.

Dan gue hanya tinggal berdua bersama kakak pertama gue, Rorian. Ada beberapa asisten rumah tangga, salah satunya mbok Sumi. Mbok Mi sapaan akrabnya, dia sudah bekerja dengan keluarga gue, sejak gue masih kecil, dia juga yang mengurusi segala keperluan gue selama ini, selama Mama nggak di rumah tentunya. Karena kalau Mama di rumah, dia yang akan mengambil alih pekerjaan mbok Mi.

SUPER FRIENDSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang