PRELUDE #5 : Step to Begin

440 54 0
                                    

« P r e l u d e »

¦ Jaxton Freitz

                           |Step to Begin ¦

※※

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Take a step to begin

--Love&Life, Goose House--

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

※※

○◎○

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

○◎○

Apapun pendapatku, tidak akan mengubah keputusan orang tuaku. Tentu, seorang anak yang belum mencapai usia dewasa--delapan belas tahun--masih lah seorang bocah, dan kemanapun induk mereka pergi, mereka harus mengikutinya. Oke, sebenarnya tidak terlalu buruk untuk pindah dan berganti suasana, namun, apa yang ada di belakangku, tidak mudah ditinggalkan.

Seharusnya aku duduk di bangku kelas Bahasa Spanyolku, mengawali musim semi dengan mengamati orang-orang yang terdampak perbuatan tolol si babi, Tommie. Apakah mereka baik-baik saja, bahkan setelah si babi itu terbakar dan dikebumikan? Apakah Kate juga Beatrice akan dikucilkan karena foto yang secara tidak langsung melecehkan harga diri mereka? Apakah Kate masih bersedih karena kehilangan pacarnya yang sudah bersikap layaknya pahlawan? Apakah Jeff merasa bersalah telah memberi seteguk alkohol sebelum mobil temannya melayang? Dallas? Logan?

Kepalaku terasa ingin meledak ketika aku memikirkan banyak pertanyaan dan tertindih oleh suatu kejadiaan naas yang pernah kusaksikan tanpa bisa kucegah. Mungkin, jika aku bersikap tegas pada Fred juga meninju Jeff, aku bisa mencegah semuanya. Kemudian pada hari ini, kami masih berlima, duduk di kelas masing-masing sebelum nongkrong di kantin. Semuanya akan menjadi rutinitas yang sama sampai kami lulus, kami hanya akan berpisah ketika masuk kuliah. Namun, kenyataan seperti itu hanya angan semata.

Kecelakaan di gunung waktu itu, tidak hanya merenggut si babi gila, tapi juga Fred, dan aku…

"Jax?" Mom menginterupsi semua pikiranku. Mata coklatnya menatapku cemas. Ya, aku masih belum berdamai. Jantungku yang berdetak cepat, berkeringat, serta napas tak teratur adalah bukti aku tidak baik-baik saja. Aku cemas. Dan jika terus demikian, aku akan panik. Menyedihkan! Ternyata, aku bukan lelaki perkasa. Hanya karena penayangan ulang beberapa adegan di kepala bisa membuat tubuhku bereaksi berlebihan. Sial!

Aku beranjak dari kursiku di dekat jendela pesawat dan berjalan melewati Mom menuju lorong yang lengang. Well, sungguh menyenangkan dan eksklusif ketika kau bepergian ke benua lain menggunakan jet pribadi. Aku terkesan pada teman Mom, Helena, yang meminta suaminya mengirimi kami kendaraan fantastis seperti ini. Aku tidak tahu sekaya apa mereka, mungkinkah mereka juga punya pulau?

SUPER FRIENDSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang