OUTRO : GRADUATION ( A Missing Piece )

271 36 11
                                    

« O u t r o »

¦ Graduation

                                      | A Missing Piece ¦

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Always knew after all these years
There'd be laughter there'd be tears
But never thought I'd walk away
With so much joy but so much pain
And it's so hard to say goodbye"

--I'll Always Remember You, Miley Cyrus--

※※

Baru kali ini sekolah begitu hening--di koridor, ruang-ruang kelas, kantin, dan bahkan taman belakang dimana Jax duduk sekarang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Baru kali ini sekolah begitu hening--di koridor, ruang-ruang kelas, kantin, dan bahkan taman belakang dimana Jax duduk sekarang. Sambil menyandarkan punggung, Jax memainkan sebuah amplop putih diantara tangannya yang merupakan surat pengumuman kelulusan.

Jax mengangkat pandangan dari amplop putih ke hamparan hijau di lapangan rumput, kemudian melebarkan pandangnya pada pepohonan rindang di sekitar petak persegi empat, juga bangku-bangku tribun. Disana, dia pernah menghabiskan waktu dan tidak menyangka kini dia ada di penghujung waktu itu sendiri. Genap sudah masanya di bangku sekolah menengah atas. Meski dia hanya memiliki dua tahun kenangan di Ganera High, tapi jika dia memutar kembali memorinya, hari-hari yang dilewatinya penuh dengan warna-warna ; pertemanan juga kisah cinta.

Untuk sesaat, Jax mengenang momen kebersamaannya bersama The Pretzers--sikap tenangnya Aga yang misterius, ketololan Bayu yang lucu, serta hangat dan frendly-nya seorang Gara. Canda-tawa mereka bagai matahari untuknya, sebelum, sebuah realita kejam menodai dan menguji kisah mereka. Konflik dengan Reino, keistimewaan di tubuh Aga, dan kecelakaan tragis yang merenggut Segara dari semua orang. Semua kenangan itu membeludak di dalam kepala Jax, membuatnya mengernyit disertai bulir-bulir keringat muncul di dahi.

Jax pun memejamkan mata, menarik lalu menghela napasnya, mencari ketenangan. Setelahnya, dia kembali membuka mata pada realita--dimana semuanya tinggal kenangan, tapi begitu membekas. Lagi-lagi Jax merasa gagal menjaga apa yang dia punya. Pertama adalah Fred, lalu Gara, dan Aga. Memang semua bukan kesalahannya, bukan juga kesalahan siapapun, hanya takdir yang cukup kejam dan menyedihkan di dalam perjalanannya beranjak dewasa.

"Woi, Pret!" panggil Bayu yang berjalan ke arahnya. "Lulus enggak? Ampun, malu gue kalau lu sampe enggak lulus."

Dengan senang hati, Jax pun menoyor kepala Bayu, "Lulus lah!"

Bayu nyengir kemudian duduk di sebelah Jax. Beberapa menit berlalu tanpa adanya percakapan diantara keduanya. Jax tahu apa yang mungkin dipikirkan Bayu saat ini--sebuah pikiran nostalgia, seperti apa yang Jax lakukan sesaat lalu.

"Nggak nyangka kita udah lulus." kata Bayu. "Kalau gue ingat-ingat, kayaknya, baru kemarin gue pindah ke Ganera dari kota asal gue. Terus satu kelas sama Garam, cekcok sama si bangsat Reino, adu bacot sama elu, kena hukum bareng sama Aga." Bayu mendesah.

SUPER FRIENDSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang