Enjoy Reading!
❤❤❤
"Perasaan baru kemarin kita daftar sekolah, sekarang udah UTS aja," kata Citra pada Putri, Nia, dan Elisa.
"Nikmatin ajalah. Namanya juga hidup," kata Elisa yang sibuk dengan bukunya tanpa menoleh pada Citra.
"Gue pengen marah rasanya," ujar Putri meletakkan bukunya kasar. "TAPI GUE NGGAK BISA!" sambungnya sedikit berteriak mengundang tatapan siswa-siswi yang melintas.
"Teriak mulu lo!" kesal Nia pada Putri.
Pasalnya mereka kini masih duduk-duduk di taman menunggu bel masuk.
"HALO PARA CECUNGUKKU!" sahut suara cempreng membuat mereka berempat menoleh dan mendapati Fauzia yang tengah berjalan kearah mereka dengan senyuman manis diwajahnya.
"ZIA!" ujar Citra dramatis lalu berdiri dan mengulurkan tangan seperti ingin memeluk Fauzia.
Namun Fauzia melewati Citra begitu saja dan membuat ketiga temannya yang lain tertawa.
"Gue dicampakan," gumam Citra lalu duduk kembali.
"Lo udah sehat?" tanya Elisa yang sudah menutup bukunya.
"Alahamdulillah udah sehat. Kalau belum, nggak mungkin gue masuk sekolah," jawab Fauzia. "Tapi gue nggak tau mana kelas gue," sambungnya lesu.
"Lo gimana sih!?" kesal Nia.
"Kata papa tadi, gue disuruh ke ruang kepala sekolah dulu," kata Fauzia.
"Terus kenapa lo malah kesini?" tanya Putri.
Fauzia cemberut. "Gue kangen kalian lah! Kalian nggak kangen balik sama gue gitu?" tanyanya.
"NGGAK!" jawab mereka berempat kompak membuat Fauzia mendengus sebal.
"Pekan ini pekan UTS loh, Zi. Lo 'kan nggak sekolah beberapa bulan, pasti lo banyak ketinggalan mata pelajaran," kata Nia.
"Bener tuh. Mendingan lo pulang lagi aja sana!" usir Citra.
"Nggak ketinggalan sama sekali kok. Waktu gue nggak sekolah, gue tetep dapat materi pelajaran. Jadi aman!" ucap Fauzia bangga.
"Percaya deh! Yang otaknya encer," ujar Elisa.
"Adek, ayo abang antar ke ruang kepala sekolah!" ajak Devan yang baru saja datang.
Fauzia mengangguk memberi jawaban. "Gue duluan ya. Nanti kita ketemu lagi pas istirahat," katanya kemudian langsung pergi bersama Devan.
Banyak siswa-siswi yang memandang kedekatan antara Devan dan Fauzia. Meskipun Devan masih kelas sepuluh, tapi ia sudah dijadikan kandidat sebagai calon penerus most wanted SMA PELITA BAKTI. Sifat Devan yang cuek, dingin, dan irit bicara membuat penasaran banyak kaum hawa. Tapi kini, banyak siswa-siswi melihat kedekatan antara Devan dan Fauzia yang membuat banyak orang iri.
"Yang nggak tau mereka kembar, mungkin banyak yang ngira mereka berdua pacaran," kata Elisa yang disetujui ketiganya.
"Pasti setelah ini, banyak yang nggak suka sama Zia," ujar Putri kesal.
"Atau malah sebaliknya, banyak cewek-cewek yang mau temenan sama Zia cuma karena ingin dapat perhatian dari abangnya saja," sahut Citra.
"Kebanyakan feeling! Mending pikirin UTS kalian nanti gimana!" sahut Nia membuat mereka bertiga mendengus sebal.
❤❤❤
"Jangan jauh-jauh dari abang!" peringat Elang pada Fauzia membuat adiknya itu memutar bola matanya malas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seven Of Us ✔
General FictionWARNING!!! Siapa sih yang nggak pengen punya sahabat? Mungkin menyenangkan apabila memiliki sahabat yang dapat berbagi segala hal. Yang dapat mengerti dan dimengerti. Seperti kisah ini yang menceritakan tentang kisah persahabatan. Kisah tujuh oran...