SEMBILAN

83 15 1
                                    

"Foto yang paling indah itu tersimpan pada memori ingatan"

❤❤❤

"Elisa sama Putri yang buat polaroidnya, Fauzia sama gue yang buat handwrite buat wisuda, Nadia, Eka, sama Citra kalian yang print sticker sama paper case handphone," ujar Nia yang langsung disetujui oleh mereka berenam.

Elisa dan Putri langsung membuka laptop masing-masing untuk membuat pesanan polaroid. Nadia, Eka, dan Citra bertugas untuk cetak sticker dan paper case handphne sesuai pesanan. Sementara Fauzia dan Nia, mereka berdua sibuk dengan cat air beberapa lembar kertas yang akan mereka hias.

"Zi, kertas sticker sama kertas buat cetak paper casenya dimana?" tanya Citra.

"Di kardus biasanya," jawab Fauzia tanpa menoleh.

Sedangkan Citra ia mencari kotak yang berisi berbagai macam kertas, dari kertas sticker, kertas foto, dan masih banyak lagi. Setelah mendapatkannya, buru-buru Citra kembali kearah Nadia dan Eka yang sudah bersiap-siap untuk mencetak sticker pada mesin printer.

Waktu cepat berlalu. Mereka bertujuh sudah menyelesaikan setengah dari pekerjaan mereka.

"Capek banget tangan gue," ujar Fauzia setelah menyelesaikan satu buah handwrite.

"Istirahat dulu kalau capek," sahut Eka.

Tok... Tok... Tok...

Mereka semua menoleh kearah pintu kamar Fauzia. Pintu kamar Fauzia dibuka dan menampilkan wanita yang memakai hijab dengan senyum manisnya melangkah memasuki kamar dengan membawa nampan berisi minuman dan camilan.

"Banyak pesanan, ya? Sampai-sampai nggak keluar kamar sama sekali," tanya wanita itu menaruh nampan diatas meja kecil yang terletak ditengah-tengah ruangan.

"Alhamdulillah, tante. Pesanan makin hari makin rame," jawab Putri mewakili semuanya.

"Tapi kalian jangan lupa makan. Kalau kalian sakit, nanti siapa yang buat pesanan pelanggan kalian?" kata wanita itu dengan senyum manisnya.

"Ashiyap, Tante Lisa," jawab Nadia dan Citra bebarengan membuat semua tertawa kecuali Fauzia.

"Tante pamit dulu, ya. Masih banyak pekerjaan di dapur soalnya," pamit Lisa undur diri.

"Terima kasih minuman dan camilannya, tan," ujar Elisa yang mendapat jawaban anggukan dan senyuman dari Lisa lalu menutup kembali pintu kamar Fauzia.

"Minum dulu ah, haus gue," ucap Citra mengambil satu gelas minuman berwarna orange diikuti yang lainnya.

"Zi, lo nggak haus?" tanya Nadia.

"Nggak, kalian aja yang makan sama minum. Gue mau lanjutin ini dulu," jawab Fauzia melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.

Keenam sahabatnya saling menatap satu sama lain.

"Zi?" panggil Eka.

"Hmm," Fauzia hanya menjawab gumaman saja.

"Tante Lisa orangnya baik, Zi," kata Eka memberi jeda. "Lo masih nggak bisa nerima dia?" lanjutnya bertanya dengan pelan.

Fauzia menghela nafas meletakkan kuas yang ada ditangannya lalu menatap keenam sahabatnya. "Oke, gue haus. Gue mau minum," jawab Fauzia bergabung bersama keenam sahabatnya.

"Zia... Zia, orang nanya apa lo jawabnya ngawur," ujar Citra. Fauzia hanya melirik saja.

Eka berdiri dari duduknya dan berjalan menuju tasnya yang ada dikasur mikik Fauzia. Dirinya mencari sesuatu didalamnya. Setelah menemukannya, dia menatap Fauzia.

Seven Of Us ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang