EMPAT PULUH LIMA

58 13 0
                                    

E N J O Y!

❤❤❤

"AAAA! GUE KANGEN KALIAN GUYS!" teriak Nadia saat melihat kelima sahabatnya menjemputnya di stasiun kereta.

Nadia memilih menggunakan kereta api untuk pulang karena ia ingin menikmati suasana baru di dalam gerbong kereta. Dan ternyata sangat menyenangkan.

Nadia menubruk tubuh Nia dan kedua tangannya menarik Citra dan Fauzia yang berada di sisi kanan dan kiri Nia. Otomatis Citra dan Fauzia itu menarik Putri dan Elisa juga. Alhasil, mereka berlima berpelukan.

"Lepas deh! Gue engap!" kata Nia membuat Nadia melepaskan pelukannya secara otomatis.

"Lo makin berisi, Nad," ujar Putri.

"Baguslah! Itu artinya dia betah disana," sahut Elisa.

"Ngapain lo balik, Nad?" tanya Fauzia membuat Nadia mendelik kearahnya.

Plakkk

Nia memukul pelan pipi Fauzia membuat gadis itu menoleh sebal kearahnya. "Tuman!" kata Nia.

"Lo udah kasih tau papa sama mama lo?" tanya  Citra.

"Udah, mereka sibuk seperti biasa," jawab Nadia tersenyum masam.

"Lo udah berapa hari disini?" tanya Putri mengalihkan pembicaraan.

"Dua minggu," jawab Nadia.

"Mau langsung ke rumah Eka?" tawar Fauzia yang dijawab oleh semua sahabatnya dengan anggukan semangat.

Mereka semua meninggalkan stasiun dengan menumpangi mobil yang dikendarai oleh supir melenggang pergi menuju rumah Eka.

❤❤❤

Hampir lima puluh menit mereka menempuh perjalanan, dan kini mereka sudah berada di depan halaman rumah Eka.

Kaki mereka melangkah menuju pintu utama dan mengetuknya. Hingga terdengar suara sahutan dari sang pemilik rumah.

"Assalamu'alaikum, bu," ujar mereka serempak saat Sari muncul ketika pintu terbuka. Mereka menyalami tangan Sari satu-persatu dengan sopan.

Sari tersenyum bahagia, "wa'alaikumsalam," jawabnya. "Ayo masuk," ajak Sari mempersilahkan mereka masuk.

Mereka melepas sendal dan sepatu yang mereka kenakan kemudian memasuki rumah Eka.

"Kalian langsung ke kamarnya aja," ujar Sari membuat mereka mengangguk lalu melangkahkan kaki mereka menuju lantai dua.

Tok... Tok... Tok...

Citra mengetuk pintu kamar Eka. "Assalamu'alaikum, kami dari seles panci serbaguna ingin menawari anda dengan produk baru kami," ujar Citra random yang mendapat hadiah jitakan dari Nia.

"Ngaco lo!" kata Nia dengan wajah biasa saja meskipun sudah menjitak kepala Citra.

"Masuk aja," sahut suara dari dalam.

"Hallo! I'm here, sister!" pekik Nadia membuat Eka terkekeh pelan.

Putri dan Fauzia melihat kondisi Eka. Badannya yang lebih kurus dari terakhir kali mereka menjenguknya, rambutnya yang sudah habis, dan benjolan di lututnya yang semakin besar.

Seven Of Us ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang