DUA PULUH SEMBILAN

52 10 0
                                    

Happy Reading!

❤❤❤

"Sampai di sana nanti kabarin kakak," ujar Rani pada Elisa.

"Hmm," Elisa hanya menjawab dengan deheman saja.

Saat ini, Rani dan Aldi sedang mengantar Elisa yang akan pergi berekreasi dengan satu angkatan sekolahnya. Pukul tujuh malam, semua siswa harus sudah berkumpul di depan sekolah untuk nantinya berangkat ke Yogyakarta.

"Ayo pulang, kelamaan di luar nggak baik buat kamu sama bayi kita," ujar Aldi dengan nada rendahnya yang dijawab anggukan oleh Rani. "Kami pulang dulu, dek. Hati-hati di jalan," pesan Aldi pada Elisa. Lalu setelah itu, mereka berdua meninggalkan Elisa dan kembali ke rumah.

Elisa menghembuskan nafas pelan. Disaat melihat semua temannya diantar oleh orang tua mereka, ia malah diantar oleh kakaknya. Entahlah, tapi Elisa bersyukur karena masih ada keluarga yang mengantarkannya.

Elisa celingukan mencari keberaan sahabat-sahabatnya. Matanya menelisik ke segala penjuru arah. Dan gotcha! Matanya menangkap keberadaan Citra dan Nadia. Segera ia melangkahkan kaki mendekat ke arah dua cecunguk itu.

Nadia melambaikan tangannya pada Elisa saat melihat Elisa sedikit berlari menuju ke arahnya.

"Baru sampe, El?" tanya Nadia.

"Iya. Lo sendiri?" tanya balik Elisa.

"Nggak, gue sama Citra," jawab Nadia membuat Elisa berdecak kesal.

"Udah malam, Nad. Gesreknya kurangin dikit," ujar Citra pelan karena disampingnya ada mamanya dan kakaknya yang mengantarnya.

Nadia tadi juga diantar oleh orang tuanya, tapi mereka sudah pulang karena adik Nadia sedang sakit di rumah.

Elisa tersenyum lalu menyalami tangan Fatimah dan Cantik--keluarga Citra.

"Kamu udah lama nggak main ke rumah," ujar Fatimah.

"Iya, tante. Soalnya sibuk di rumah," jawab Elisa seadanya.

"Sok sibuk lo! Palingan juga lo sibuk pacaran sama buku-buku pelajaran," sahut Citra.

"Biarin lah! Sibuknya gue tuh berfaedah," ujar Elisa bangga.

Fatimah dan Cantik hanya geleng-geleng kepala melihatnya. "Dek, mama sama kakak pulang dulu ya? Nanti kalau udah sampe sana kabarin mama atau kakak. Kasian papa sama Kak Aldo, pasti mereka berdua kerepotan ngurisin Chika di rumah," ucap Fatimah yang dijawab anggukan oleh Citra.

"Hati-hati, ma, kak," ujar Citra yang dibalas anggukan oleh keduanya.

"Nyari yang lain, yuk!" ajak Nadia.

"YOK!" kata Elisa dan Citra bebarengan.

Setelah lumayan lama mereka berputar-putar, akhirnya mereka menemukan keberadaan Nia, Putri, Eka, dan Fauzia yang berkumpul.

"Buset dah! Dari tadi muter-muter ternyata pada ngumpul disini," gerutu Citra. Bagaimana tidak kesal, mereka bertiga mencari kesana-kemari tanpa alamat tapi yang dicari malah enak-enakan ngumpul di bawah pohon.

Ketiganya lalu menghampiri keemoat sahabat mereka. Eka yang melihat pun melambaikan tangannya.

"Baru nyampe?" tanya Eka pada Elisa, Citra, dan Nadia.

"Dari tadi. Kita bertiga nyariin kalian," jawab Nadia kesal.

"Kenapa nggak chat aja?" tanya Nia yang berdiri di samping Eka.

"Iya juga. Kenapa nggak kepikiran anjir!" ujar Nadia merutuki dirinya sendiri.

Takk...

Seven Of Us ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang