Jangan lupa vote dan comment
Happy Reading!
❤❤❤
"Astaga, pagi ini kenapa mataharinya terik banget?" keluh Citra mengusap peluh yang membanjiri jidatnya.
"Dikasih panas ngeluh, dikasih dingin ngeluh. Dasar manusia!" omel Fauzia.
Saat ini mereka tengah berbaris bersama siswa-siswi lain karena akan diadakan upacara bendera yang setiap Hari Senin diadakan sekaligus memperingati Hari Guru.
"Bakalan lama, nih," gumam Nadia.
"Nad," panggil Fauzia menepuk punggung Nadia.
"Apa?" tanya Nadia penasaran.
"Tuh," ujar Fauzia menunjuk Fath yang tengah berbincang ria dengan teman perempuan yang satu kelas dengan Fath sesekali mereka tertawa bahagia.
"Labrak aja, Nad. Mumpung upacaranya belum dimulai," usul Elisa.
"Biarin aja. Gue juga udah nggak ada hubungan sama dia," kata Nadia dengan nada juteknya.
"Lo nggak tanya sama Fath gitu?" sahut Eka bertanya.
"Tanya apaan?" tanya Nadia balik.
"Tanya kenapa dia tiba-tiba mutusin lo," jawab Eka.
"Gue sih yakin kalau Fath selingkuh sama Dina," ucap Citra kompor. Dina adalah nama teman sekelas Fath yang saat ini sedang berbicara dengan Fath.
"Jangan kompor deh!" sungut Fauzia.
"Nggak, gue nggak mau tanya soal itu. Buat apa lagi? Kalau dia memang bener-bener tulus sama gue, ya dia pasti nggak bakalan ninggalin gue gitu aja," jawab Nadia. "Biarin ajalah. Kalau dia bisa menemukan kebahagiaan setelah putus dari gue. Ya gue harus bisa cari kebahagiaan gue juga. Gue tahu gue masih belum sepenuhnya ikhlas, tapi dengan berjalannya waktu gue yakin kalau gue bisa bahagia tanpa dia."
Fauzia menepuk pundak Nadia sebanyak tiga kali. "Cakep! Ini baru sahabat gue," ujarnya.
"Diem woy! Upacaranya mau dimulai," sahut Putri dengan suara pelan seperti berbisik.
Upacara pun berjalan dengan khidmat. Semua peserta upacara tidak ada yang berani berbicara selama upacara berlangsung. Hanya suara petugas upacara saja yang terdengar.
Tiga puluh menit kemudian, upacara telah selesai. Tidak langsung bubar. Melainkan ada persembahan dari salah seorang anggota OSIS yang hendak membacakan puisi untuk mempetingati hari guru.
Guruku...
Engkaulah pelita hidupku
Tanpamu mungkin aku tak bisa seperti sekarangDengan suara lantang dan mikrofon tepan di depan mulutnya. Anggota OSIS perempuan itu pun membacakan puisi bait pertamanya.
Guruku...
Maafkan anakmu yang nakal ini
Tak jarang kami mengabaikan ucapanmu
Tak jarang pula kami membuatmu kesalBait kedua, anggota OSIS itu mulai menghayati puisinya dan mulai meneteskan air matanya.
Citra, Fauzia, dan Nadia yang berbaris berjejer pada barisan paling belakang sendiri menoleh ke arah Citra.

KAMU SEDANG MEMBACA
Seven Of Us ✔
Ficción GeneralWARNING!!! Siapa sih yang nggak pengen punya sahabat? Mungkin menyenangkan apabila memiliki sahabat yang dapat berbagi segala hal. Yang dapat mengerti dan dimengerti. Seperti kisah ini yang menceritakan tentang kisah persahabatan. Kisah tujuh oran...