TUJUH BELAS

66 11 1
                                    

Jangan lupa vote dan comment ya...

Happy Reading!

❤❤❤

"Mau kemana?" tanya Nanda, mama dari Elisa ketika melihat Elisa turun dari tangga.

"Mau keluar," jawab Elisa datar tanpa menoleh.

"Kamu itu harusnya bimbel. Udah didaftarin mahal-mahal malah nggak berangkat! Kamu pikir nyari uang itu gampang apa!?" Elisa memutar bola matanya malas.

"Elisa capek, ma!" jawab Elisa dengan raut wajah dingin menatap Nanda. "Tolong, biarin Elisa bebas satu hari saja. Elisa ingin kayak teman-teman Elisa yang selalu bisa melakukan apapun yang mereka inginkan," lanjutnya dengan suara melemah.

Nanda diam. Tidak mengucapkan sepatah kata apapun dari mulutnya. Melihat ibunya diam, Elisa langsung melangkah keluar dari rumahnya untuk menenangkan pikiran.

"Dek, mau kemana?" tanya Rani yang sedang menyirami tanaman ditemani oleh Aldi, suami Rani.

"Keluar," jawab Elisa tanpa menoleh.

Elisa berjalan keluar gerbang rumah. Ia memilih untuk mampir ke minimarket yang tak jauh rumahnya. Sekalian ngadem di minimarket, pikirnya.

Elisa memasuki minimarket dan mengambil minuman cincau kaleng lalu membawanya ke kasir minimarket. Ia ingin menyegarkan pikirannya.

"Sepuluh ribu delapan ratus," ujar mbak-mbak kasir.

Elisa mengeluarkan uang dari kantungnya sebesar dua puluh ribu dan menyerahkannya pada kasir. Tak lama kemudian, mbak-mbak kasir tersebut menyerahkan minuman kaleng serta kembalian Elisa.

"Terima kasih, mbak," ujar Elisa lalu berbalik dan tak sengaja menabrak seseorang.

"Aduh," ringis mereka berdua.

"Lo!?" mereka berdua saling menunjuk satu sama lain.

"Astaga. Lo kok suka nabrak-nabrak gue sih!?" tanya Elisa.

"Eh! Lo kalau ngomong jangan ngasal ya! Yang ada lo tuh yang selalu nabrak gue!" jawab laki-laki itu.

"Lagian lo ngapain antri tepat dibelakang gue!? Disana juga ada tempat," tanya Elisa.

"Terserah gue lah! Gue yang antri kenapa lo yang repot!?" tanya balik laki-laki itu.

Elisa menghembuskan nafas pelan. Ia tidak ingin emosinya meledak di minimarket. Nggak elit!

"Semoga gue nggak pernah ketemu sama lo lagi!" ujar Elisa lalu beranjak dari sana.

Elisa keluar dari minimarket lalu berjalan sambil menggerutu karena kesal. Bisa-bisanya dirinya bertemu dengan orang yang menyebalkan seperti cowok itu.

"Dosa gue apa sih? Tiap ketemu sama tuh cowok bawaannya emosi mulu," ujarnya pada diri sendiri. "Astaghfirullah, nggak boleh emosi Elisa," lanjutnya menghela nafas.

Elisa melihat taman yang ada diperumahan yang terlihat sedikit ramai karena saat ini sedang sore hari.

Elisa melangkahkan kakinya menuju taman tersebut dan duduk disalah satu kursi taman. Elisa membuka minuman kaleng tersebut lalu meminumnya.

Elisa melihat keluarga kecil yang tengah bercanda dan tertawa bersama. Tanpa sadar, ia menyunggingkan senyum dibibirnya. Kedua Matanya berkaca-kaca.

"Ngapain gue nangis sih?" kesalnya karena tak sengaja air matanya lolos dari pelupuk matanya. "Lo nggak boleh cengeng, Cha. Lo harus kuat. Lo nggak boleh lemah," lanjutnya lalu meminum minuman cincau sedikit demi sedikit hingga tandas.

Seven Of Us ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang