DUA

192 28 6
                                    

"Sahabat itu mereka yang bisa menahan diri untuk tidak memaksa meminta penjelasan ketika tahu jika kita belum siap untuk menceritakan kebenaran"

❤❤❤

"Abang ada latihan basket sebentar dek, kamu mau pulang atau nungguin?" tanya Devan menatap adiknya yang duduk disebelahnya.

"Bang El kemana?" tanya Fauzia balik.

"El ada kegiatan OSIS jadi dia mungkin pulangnya lebih telat," jawab Devan hangat.

"Aku nungguin abang aja," jawab Fauzia.

"Oke, kamu langsung ke lapangan basket outdoor aja. Abang mau ganti baju dulu," ujar Devan lalu pergi meninggalkan Fauzia.

"Tahu gitu, mending gue tadi pulang bareng sama Nia," dumel Fauzia namun tak urung tetap melangkahkan kakinya kearah lapangan basket.

Cuaca tak sepanas tadi siang. Ini sudah pukul setengah tiga sore. Mulutnya sesekali bersenandung kecil ketika salah satu lagu favoritnya melintas begitu saja dikepalanya.

Ia menghentikan langkahnya ketika sampai dibawah pohon mangga yang rindang yang letaknya tak jauh dari lapangan basket.

Suasana sekolah masih agak ramai karena kebanyakan yang masih tinggal disekolah adalah anak yang ikut ekstrakulikuler. Fauzia sendiri, dia sudah tidak mengikuti ekstrakulikuler lagi karena sudah menginjak kelas sembilan. Dirinya ingin fokus belajar untuk Ujian Nasional mendatang.

Fauzia mengecek ponselnya. Tapi sayang sekali, tidak ada satu pun notifikasi yang masuk ke ponselnya.

"Perasaan kemarin udah gue isi paket data, deh," ujarnya berbicara sendiri. "Astaga, gue berasa kayak jones banget!"

Setelah beberapa kali dirinya mematikan dan menghidupkan paket data, namun tetap saja tidak ada notifikasi yang masuk. Akhirnya, ia pun memilih untuk membaca novel yang sempat ia bawa dari rumah tadi pagi.

"Gue bosen banget!" sungutnya kesal. Ia menoleh ke arah lapangan basket dan melihat Devan abangnya tengah menghindari serangan musuh yang hendak merebut bola basket darinya.

Netranya tak sengaja melihat abangnya yang nomor dua yang tengah serius berbicara pada adik-adik kelasnya. Namun, ada salah satu sosok yang menarik perhatiannya.

Netranya tak sengaja menangkap sosok yang dicintainya sampai saat ini. Kini, Kenand menjabat sebagi Ketua OSIS untuk tahun terakhirnya.

Kenand. Pemuda yang berhasil mencuri hati Fauzia sejak pertama kali bertemu digerbang sekolah saat dirinya hendak mendaftarkan diri sebagai siswa di sekolah ini.

Dirinya tidak pernah menyangka akan menyukai lawan jenis secepat itu. Rasa suka itu lambat laun berubah menjadi rasa cinta yang besar. Namun Fauzia tetaplah seorang perempuan yang ketika ia memiliki perasaan terhadap lawan jenis, dirinya hanya mampu memendamnya tak berani mengungkapkannya.

Fauzia tetap mencintai Kenand walaupun Kenand tidak tahu akan perasaannya. Jangankan perasaannya, belum tentu juga Kenand mengetahuinya. Ah, cinta. Kau sungguh merepotkan saja!

Dua tahun lebih Fauzia mencintai Kenand. Namun, Fauzia harus merasa sakit hati saat melihat Kenand menyatakan perasaannya pada salah satu perempuan yang ia ketahui namanya adalah Ranum.

Flashback On

Saat itu, kelas VII-B sedang berada dilabolatorium IPA untuk melaksanakan praktikum. Setelah selesai barulah mereka diizinkan untuk istirahat.

Seven Of Us ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang