TUJUH

104 17 1
                                    

"Keluarga dan sahabat adalah segalanya"

❤❤❤

"Ngapain sih lo kesini?!" kesal Nia setelah membuka pintu rumah dan melihat siapa yang datang.

Setelah pulang dari rumah Putri dan mengantar Fauzia pulang. Nia kini tengah berada di rumah. Baru saja ia mau belajar untuk mata pelajaran besok, tapi mendengar bel pintu akhirnya dirinya pun turun untuk membukakan pintu.

"Jalan yuk!" ajak cowok yang berdiri tegap dihadapannya.

"Ogah!" tolak Nia. "Sana pulang!" usirnya.

"Ni, mau sampai kapan lo begini sama gue?" tanya cowok itu dengan nada pelan.

"Begini gimana? Perasaan gue nggak gimana-gimana tuh," jawab Nia melipat kedua tangannya didepan dada.

"Siapa yang datang, dek?" tanya Naya dari arah ruang tamu yang berjalan mendekati Nia, kakak dari Nia.

"Bukan siapa-siapa," jawab Nia. "Sana pulang!" usirnya lagi.

"Lho ada Athala. Kok nggak diajak masuk sih, dek?" tanya Naya. "Ayo masuk, Atha," ajak Naya menyeret lengan Athala.

Nia yang melihat itu memutar bola matanya malas. Rasa kesalnya kini dua kali lebih memuncak dari sebelumnya.

Nia berjalan dibelakang kakaknya dan Athala yang tengah berbincang-bincang ria. Ketika kakaknya dan Athala duduk, Nia hendak melangkah menuju tangga namun dihentikan oleh Naya.

"Mau kemana kamu? Ambilin minum sama camilan sana!" titah Naya menatap adiknya tajam.

"Males! Suruh ambil sendiri aja sana!" jawab Nia melanjutkan melangkah menuju kamarnya.

"NIA! KAKAK BILANGIN SAMA PAPA BIAR UANG JAJAN KAMU DIPOTONG!" ancam Naya membuat langkah Nia berhenti.

Dengan berat hati dan langkah, Nia berjalan menuju dapur dengan melirik Athala singkat.

"Eh, nggak usah Nia. Habis ini gue pulang kok," ujar Athala tak enak.

Nia tak menjawab dan terus melangkah menuju dapur. Nia mendengar sesekali kakaknya dan Athala itu tertawa entah karena apa.

Di dapur sendiri, Nia dengan mulut yang tidak berhenti mengoceh dan tangannya membuatkan Athala es sirup rasa koko pandan. Tiba-tiba senyum usilnya terpampang di bibirnya. Dengan cepat, dirinya membuka lemari es dan mengambil saus sambal extra pedas lalu ia tuangkan kedalam minuman untuk Athala. Setelah itu, dia kembali menutup botol saus dan memasukkannya kembali kedalam lemari es.

"Dek, minumannya buatin dua. Sekalian buat kakak," ujar Naya dari pintu dapur lalu kembali untuk mengobrol dengan Athala.

"Dipikir gue pembantu apa?" tanyanya pada diri sendiri namun tak urung tetap membuatkan minuman untuk sang kakak.

Ia mencari camilan yang disimpan mamanya didalam almari yang menggantung diatas meja dapur lalu mengambil dua toples camilan. Setelah mengambil nampan, dia menyusun minuman dan makanan yang telah dia siapkan.

"Eh? Ini tadi yang ada saus sambalnya yang mana?" tanyanya bingung. "Terserahlah, kalau nanti yang minum ramuan buatan gue Si Atha ya berarti berhasil, kalau nanti yang minum Kak Naya berarti itu rezekinya," katanya lalu keluar dari dapur menuju ke ruang tamu.

Setelah meletakkan nampan bersisi makanan dan minuman. Nia langsung kembali ke kamarnya. Dia tak peduli dengan teriakan sang kakak yang terus memanggil namanya.

Ada dua alasan Nia ingin cepat-cepat sampai didalam kamar. Yang pertama, ia muak melihat wajah Athala. Yang kedua, ia tidak mau mendengar ocehan Kak Naya nanti karena ramuan yang telah dibuatnya.

Seven Of Us ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang