"Kalian adalah hal terindah yang pernah ku temukan"
❤❤❤
"Mbak, ayo makan dulu," ujar Sari, ibunda Eka.
"Iya, bu," jawab Eka yang tadinya bermain ponsel diatas kasurnya kini ia berjalan menuju ruang makan. Sebelum itu, ia sempatkan dulu untuk mencharger ponselnya.
Di ruang makan sudah ada kedua orang tuanya beserta sang adik perempuannya.
"Hai, cil?" sapa Eka bermaksud menggoda adiknya.
"Mbak, jangan panggil aku bocil! Aku tuh udah besar," protes sang adik yang bernama Sasa membuat Eka tertawa pelan.
"Besar dari mananya coba? Kamu tuh masih SD," lanjut Eka menggoda adiknya.
"Ibu! Mbak Eka itu loh kerjaannya suka gangguin adek," adunya pada Sari.
"Wis toh mbak, ora usah nggawe adike cerik-cerik. Kupingmu ora panas tah?" ujar Sari dengan logat jawanya yang khas yang datang membawa beberapa lauk-pauk dari dapur.
*Udah lah mbak, nggak usah buat adeknya jerit-jerit. Telingamu nggak panas tah?"Hehehe, maaf, bu. Habisnya kalau Sasa kesel tuh makin lucu," kata Eka mengulurkan piring pada ibunya untuk diisi nasi.
"Lucu gundulmu, mbak!" protes Sasa.
"Dek, mulutmu minta ayah sekolahin?" sahut Eko yang sedari tadi diam.
"Iya, maaf ayah," jawab Sasa menundukkan kepalanya.
"Udah-udah, ayo dimakan dulu," tengah Sari.
Keluarga kecil itu makan dengan tenang kadang sesekali mereka melempar canda gurau yang membuat tertawa.
Selesai makan, Eka membantu Sari membersihkan sisa piring kotor untuk dicuci. Sementara Sasa dan Eko pergi menonton film di ruang keluarga.
"Piringnya biar ibu yang cuci sendiri, kamu nonton televisi aja sana," ujar Sari mengambil pirimg yang ada ditangan Eka.
"Nggak apa-apa, bu. Ibu yang harusnya istirahat. Ibu pasti capek seharian ini, bangun subuh terus nyiapin keperluan ayah, aku, sama adek, belum lagi ibu bersih-bersih rumah," ucap Eka perhatian. "Piringnya biar aku yang nyuci aja. Ibu gabung sama ayah sama Sasa buat nonton film," sambungnya mengambil kembali piring dari ibunya lalu mendekat ke arah wastafle dan mulai mencucinya satu-persatu.
"Ya udah, ibu gabung sama mereka dulu ya," pamit Sari. "Kalau udah selesai, kamu juga gabung."
"Iya, bu," jawab Eka.
Dua puluh menit kemudian, Eka telah menyelesaikan acara cuci piring. Kemudian dirinya hendak beranjak untuk bergabung bersama keluarganya. Namun, entah mengapa sendi bagian lututnya terasa begitu sakit.
"Aws," ringis Eka mencari tempat duduk. "Lutut gue kenapa, sih? Akhir-akhir ini sering sakit," lanjutnya memijat pelan lututnya berharap sakitnya berkurang.
"Mbak, kamu kenapa?" tanya Eko yang memasuki dapur melihat anaknya yang duduk dikursi plastik yang ada disebelah kulkas.
"Nggak kenapa-kenapa kok, yah," jawab Eka menatap ayahnya dengan senyum berharap snag ayah percaya apa yang ia katakan.
Eko menatap putrinya dengan tatapan menyelidik. "Gabung sama mereka gih! Ibumu udah nyariin dari tadi," ujar Eko pada akhirnya.
"Iya, yah," jawab Eka patuh lalu berjalan menuju ruang keluarga dengan lutut yang masih sedikit nyeri.
❤❤❤
"Ayah, ibu, aku ke kamar dulu ya. Udah malam," pamit Eka pada kedua orang tuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seven Of Us ✔
Ficção GeralWARNING!!! Siapa sih yang nggak pengen punya sahabat? Mungkin menyenangkan apabila memiliki sahabat yang dapat berbagi segala hal. Yang dapat mengerti dan dimengerti. Seperti kisah ini yang menceritakan tentang kisah persahabatan. Kisah tujuh oran...