Jangan Lupa Vote dan Comment ya...
❤❤❤
"Hai!" sapa Putri merangkul pundak Eka.
"Ngagetin lo!" kata Eka menurunkan tangan Putri.
Mereka bertemu ketika memasuki taman sekolah. Ini masih pagi, suasana sekolah masih sepi. Hanya ada beberapa orang tukang kebun yang menyapu taman karena daun pohon yang berguguran.
"Tumben lo diem aja?" tanya Putri pada Eka.
"Tumben lo ngomong mulu?" tanya balik Eka membuat Putri memelototkan mata padanya.
Eka terkekeh. "Awas lepas tuh mata!"
"Sialan lo!" umpat Putri membuat Eka tertawa lepas.
"Masih pagi udah keluar kata-kata legend dari mulut lo, Put," sahut Nadia dari arah belakang mereka.
"Nyahut aja lo kayak listrik," balas Eka dan Putri bebarengan.
"Buset dah! Telepati kalian kuat bener," kata Nadia geleng-geleng kepala.
"Put?" panggil Nadia saat mereka bertiga berjalan beriringan menuju kelas.
"Ha?" jawab Putri melirik Nadia singkat.
"Nyontek PR matematika, dong?" ujar Nadia dengan tersenyum manis pada Putri.
"Kalau ada maunya aja senyumnya ngalahin gula," sahut Eka membuat Nadia terkekeh.
"Gue aja belum selesai," jawab Putri membuat senyum Nadia luntur. "Nanya matematika tuh sama Elisa, Nia, atau sama Fauzia. Lo salah tempat kalau nanya sama gue."
Nadia hanya menggaruk kepalanya yang tak terasa gatal. "Lo udah selesai, Ka?" tanya Nadia pada Eka.
"Udah," jawab Eka.
Nadia tersenyum senang. "Nyontek dong!" ujar Nadia bersemangat.
"Nanti di kelas," jawab Eka.
"Tumben nih anak udah selesai duluan?" tanya Putri dalam hati.
Sesampainya di kelas. Nadia mengekori Eka menuju bangkunya. "Buruan, Ka," cecarnya.
"Bentar elah!" sewot Eka membuka tas miliknya dan mengeluarkan buku tugas matematika miliknya. "Nih!" ujarnya memberikan buku pada Nadia.
Dengan semangan empat lima. Nadia berjalan menuju bangkunya lalu segera menyalin jawaban dari Eka. Ia membuka buku tugas Eka untuk mencari tugas yang diberikan oleh guru. Namun nihil. Hanya ada soalnya saja, tidak ada jawabannya.
"Sialan!" umpat Nadia pelan lalu berjalan menuju bangku Eka. "Kok nggak ada jawabannya sih!?" tanya Nadia kesal.
"Oh, gue lupa bilang ya?" tanya Eka pada Nadia.
Nadia mengernyitkan dahi bingung. "Bilang apa?"
"Bilang kalau yang udah selesai itu soalnya doang, jawabannya belum," jawab Eka dengan tawa menggelegar diakhir kalimat.
"Lo PHP-in gue!" ujar Nadia kesal. "Dosa lo sama gue!" Nadia kembali ke tempat duduknya semula dengan wajah ditekuk.
"Udah gue duga," gumam Putri pelan.
Di tempat lain, tepatnya diparkiran sepeda. Ada Fauzia yang baru saja datang bersama dengan kedua saudara kembarnya.
"ZIAAA!!!" teriak Citra saat baru saja memarkirkan sepedanya.
"Lo sarapan microfon masjid?" kesal Fauzia.
"Hehehehe," Citra hanya nyengir lalu berjalan ke arah Fauzia. "Hai Devan! Hai Elang!" sapa Citra yang dijawab anggukan saja oleh keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seven Of Us ✔
General FictionWARNING!!! Siapa sih yang nggak pengen punya sahabat? Mungkin menyenangkan apabila memiliki sahabat yang dapat berbagi segala hal. Yang dapat mengerti dan dimengerti. Seperti kisah ini yang menceritakan tentang kisah persahabatan. Kisah tujuh oran...