06: Rindu

2.9K 209 6
                                    

Happy Reading...
Pihak sekolah ternyata tidak menyetujui kendaraan bermotor milik para murid di parkirkan di luar area sekolah, itu demi menjaga keamanan dan keselamatan murid Lentera.

Gara-gara tempat parkir pula, Angga harus berurusan dengan kakak kelasnya. Kini lelaki itu tengah duduk di ruang BK sambil mendengarkan omelan guru konselingnya.

"Revan, kamu lagi! kamu lagi! Seminggu sudah berapa kali kamu masuk ruangan ini?" Bondan berdiri dihadapan murid bernama Revan, anak kelas 12 yang sering keluar masuk BK.

"Kali ini dia duluan Pak yang mancing," Revan melirik Angga yang juga tengah menatapnya terang-terangan.

"Lo pikir ikan pake di pancing segala?" Sahut Angga.

"Tuh, emang resek ni anak Pak." Revan menarik krah seragam Angga membuat Angga sigap melayangkan tangannya apabila Revan menyentuh tubuhnya.

"SUDAH!" Bondan menghentikan cekcok kedua remaja itu dengan menggebrak meja.

"Kamu juga Angga! Saya sampai bosan melihat wajah kamu yang bolak balik masuk ruangan saya." Bondan menatap Angga.

"Saya juga tidak mau Pak tiap minggu kena omelan Pak Bondan, tapi gimana lagi? Saya cuma membela diri Pak." Angga membela dirinya di depan guru BK nya.

"Kamu harus bisa mengendalikan emosi kamu."  Ucap Bondan.

"Dengerin!" Revan menoyor kepala Angga membuat Angga tidak habis pikir.

"Yang sopan sama kakak kelas!" Imbuh Revan.

"Lo minta orang lain buat sopan sementara kelakuan lo sendiri nggak bisa ngehargain orang?"

"ANGGA! REVAN!" Bentak Bondan.

"Ini adalah surat teguran terakhir yang saya berikan, kalau sampai saya mendengar kalian berulah lagi. Saya tidak akan segan memanggil orang tua kalian untuk kesini!" Ancam Bondan memberikan surat teguran yang harus di tanda tangani orang tua.

"Besok senin kalian kumpulkan surat ini di meja saya, kalau sampai ada yang tidak mengumpulkan? Saya panggil orang tua kalian saat itu juga!" Tegasnya.

Panggilan BK menyita waktu istirahat Angga, jujur ditengah pelajaran matematika siang ini ia merasa sangat lapar mengingat sejak pagi dia belum makan apapun selain minum air putih.

Bahkan semalam Angga tidak jadi makan akibat bad mood yang memanjang hingga menghantarkan jiwanya untuk tidur.

"Gue laper," Cicit Angga menatap ke luar jendela membayangkan dirinya bolos ke kantin lalu memesan makanan tanpa harus antri karena sekarang tengah jam pelajaran.

"Sama, gue juga." Jawab Tiwi.

Angga menoleh menatap Tiwi, gadis itu mendengar ucapan pelan Angga tanpa mengalihkan pandangannya mengerjakan soal matematika yang ditulis guru di papan tulis.

"Angga." Panggil sang guru matematika, karena sejak pagi Angga belum mendapat asupan konsentrasi anak itu pun berkurang.

"Angga." Panggil guru itu sekali lagi.

"Ngga." Tiwi menyikut lengan Angga.

"Dipanggil tuh."

Angga Sayang Ibu✔️[Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang