"Buruan, kasih tau gimana jawaban kakak lo." pinta Angga.
"Ada syarat." ucap Samuel.
"Bangke, gua kaga ada duit njir. Tinggal bacot apa susahnya sih!" sengak Angga.
"Lo mau tau tapi sikap lo kayak asu." cerca Samuel.
"Jadi guru bimbel di tempat les temennya kakak gue mau nggak lo?" Samuel bertanya.
"Guru bimbel?" ulang Angga.
Samuel mengangguk.
"Kelas berapa?" tanya Angga.
"Masih usia bocil, anak SD mungkin." jelas Samuel.
"Ada bayar kan?"
"Ya ada lah anjir, kawatir banget kaga dibayar."
"Bukan begitu Sam, saat ini gue lagi butuh duit. Belum lagi gua harus nabung buat modal jualan pulsa."
Tiba-tiba Samuel terenyuh dengan perkataan Angga barusan. Ia baru sadar, sahabatnya sedang dalam kesulitan.
"Lo butuh duit berapa?" tanya Samuel.
"Kenapa? Nggak lagi butuh sumbangan." sarkas Angga paham.
"Bangsat, ditanya baik-baik juga!"
"Btw, kapan gue mulai ngajar?" tanya Angga.
"Maen ngajar-ngajar, ketemu dulu sama temennya kakak gue. Kalau dia cocok, baru lo bisa ngajar di bimbel nya dia." jelas Samuel.
"Lah, jadi ini belum fiks?"
"Hoo lah, dia aja belum ketemu sama lo. Siapa tau dia gak setuju lihat penampilan lo. Kaga ada cocok-cocoknya jadi pengajar. Udah goblok, molor lagi." Samuel meroasting Angga dengan nyalang.