46: Mencoba Jujur

2.5K 178 24
                                    

Sebelum baca aku mau kasih tau, kalau chapter ini mengandung adegan 15+, jadi yang sedang baca waktu siang dan takut kalau puasanya batal bisa di baca ntar malam aja ya.

Sebelum menunda harap VOTE DULU😁 karena saya sedang butuh support untuk membuat ending yang tinggal hitungan chapter.

Happy Reading...
Alun-alun menjadi tempat yang wajib Angga singgahi setelah melaksanakan rutinitasnya sebagai buruh pencuci motor setiap jam setengah empat sore sampai menjelang magrib.

Berdamai dengan masa lalu, membuat hati Angga tenang. Semenjak hari itu, hubungan Angga dengan Bapaknya semakin membaik, mereka sering menikmati senja di alun-alun sambil menjajakan cendol barangkali ada yang ingin beli.

Kemudian shalat bersama di masjid Al-Aqsa, Angga sendiri belum pernah mampir ke rumah Bapak. Ia dituntut pekerjaan sekolah dan ada jadwal les yang membuat mereka mesti berpisah setelah shalat.

"Rumah Bapak nggak jauh dari sini, mandi di rumah Bapak saja. Nanti sekalian langsung berangkat les."

"Em ... besok Minggu aja, Angga libur."

Rahmat mengangguk, "Kamu pucat sekali Ngga?"

Angga reflek membasahi bibirnya, "Aku baik-baik aja Pak. Mau langsung pulang aja." Angga mencium punggung tangan Bapaknya.

"Hati-hati ya." ingat Rahmat menepuk pundak Angga.

---000---

Sudah mandi sebelum berangkat ke tempat les tadi. Angga hanya berganti celana training panjang dan memakai atasan yang ia pakai sejak berangkat les.

Ia mengurut dadanya pelan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ia mengurut dadanya pelan. Sadar akan sesak yang belakangan ini menghimpit paru-parunya hingga membuat Angga kadang kesulitan bernapas. Aktivitas yang terlalu padat membuat kinerja tubuh Angga yang sejatinya tidak prima seperti dulu pun seolah terbebani.

"Oh iya tadi ngukus singkong," Angga beranjak berdiri menuju dapur mencium wangi singkong matang yang setengah jam lalu ia cabut dari kebun belakang rumah.

Suara batuk kering memenuhi dapur, Angga terbatuk-batuk dengan satu tangan memegangi dada.

"Arrgh .... dada gue sakit!" Angga membungkuk merasa batuknya semakin hebat.

Angga mengambil gelas bening yang diisi air putih, ia hendak meneguk air tersebut. Belum sempat menutup mulut saat tiba-tiba batuk kembali menyerang, Angga terkejut warna air yang semula bening menjadi berwarna merah.

Ternyata air itu tersembur darah yang barusan keluar dari mulutnya.

Rasa besi memenuhi mulut Angga lalu dengan segera lelaki itu pergi ke wastafel meletakkan gelasnya dan segera membasuh mulutnya yang masih tersisa darah segar di sana.

Angga Sayang Ibu✔️[Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang