09: Demam

4.3K 240 5
                                    

Happy Reading...
Malam yang terasa panjang bagi Angga. Tubuhnya semakin terasa mengigil semalam. Dini hari pukul dua, dirinya baru tertidur setelah sekian jam memejamkan matanya.

Angga duduk di kursi teras rumahnya, lehernya terasa kram seperti salah posisi tidur. Padahal Angga tidur dalam posisi seperti biasanya.

"Mas Angga!" Seru Nayla dari rumahnya.

Angga menoleh menatap Nayla yang sedang berjalan menuju ke arahnya, "Lo mau sekolah?"

"Hm." Angga mengangguk pelan.

Tangan Nayla mengecek suhu tubuh Angga, seketika alis gadis itu berkerut dalam, ia berdecak lalu duduk di samping Angga.

"Lo masih demam."

Penampilan Angga juga terlihat beda  pagi ini. Wajahnya tidak seperti biasanya, matanya terlihat sayu seperti kurang tidur. Bibirnya pucat, tubuhnya terlihat lemas.

Nayla sempat melarang Masnya supaya istirahat di rumah, namun Angga menolak dan bersikeras tetap berangkat sekolah.

"Gua cuma meriang, entar kalo ketemu temen-temen juga sembuh sendiri." Ujar Angga.

"Kalau gue dirumah, yang ada gue makin sakit." Tambahnya.

Nayla mengesahkan nafasnya berat,

"Lagian cuma kehujanan kemaren kenapa bisa sampai meriang sih?" Heran Nayla.

"Karena gue merindukan kasih sayang." Beo Angga yang membuat Nayla memutar bola matanya.

"Kapan lo mau cerita sama gue?" Tagih Nayla.

"Cerita apaan?"

"Ck, pura-pura lupa lo ya?"

"Apasih?" Balas Angga yang benar-benar lupa.

"Ibuk."

Angga ber "Oh" ria. "Nanti aja, udah jam setengah tujuh."

Angga mengenakan helm yang sudah ia siapkan diatas meja, kemudian ia berdiri dari posisinya.
Sedikit mengerjap membiaskan pandangannya yang mendadak bergoyang.

"Lo ih kebiasaan!" Nayla menggerutu.

"Lo tau nggak sih, gue tuh semalem udah penasaran sampai gak bisa tidur. Ini malah disuruh nanti-nanti lagi!" Gadis itu ikut bangkit dari posisinya, ia mengambil helm yang memang sudah ia tenteng sejak dari rumah tadi.

Angga tidak peduli dengan omelan Nayla yang kalah dengan suara dengungan  yang tiba-tiba muncul dari dalam telinganya.

Tangan Angga menarik kursi yang tadi ia duduki.

"Kok malah duduk lagi? Katanya mau berangkat." Mata Angga terpejam dengan tangan kanan yang mengurut pelipisnya.

"Mas?" Nayla menepuk pundak Angga.

"Lo kalau emang lagi nggak enak badan mending rehat dulu, pucet banget tau."

"Gue gak papa." Angga membuka matanya.

"Ayo. Udah siang ini!" Angga kembali berdiri dengan cepat seolah tidak terjadi apa-apa. Padahal sedetik setelah ia melakukan gerakan itu, matanya langsung berkunang-kunang.

.

Angga berjalan melewati lorong koridor yang menghubungkan kelasnya, 11 IPA 3. Tidak terlalu memperhatikan keadaan disekitar karena telinganya tersumpal earphhone.

Lagu one direction mengalun keras di kedua telinganya. Membuat Angga turut menganggukkan kepala mengikuti irama.

Angga sempat di tegur petugas OSIS yang berjaga di gerbang sekolah akibat ia mengenakan jaket di area sekolah. Namun alih-alih Angga melepas jaketnya, ia justru dengan santai masih tetap mengenakan jaketnya hingga sekarang.

Angga Sayang Ibu✔️[Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang