"Gua harus sembuh!"
-Angga-•••
Happy Reading...
Selain kemoterapi opsi lain untuk menyembuhkan kanker darah ialah transplantasi sumsum tulang belakang. Melakukan transplantasi sumsum tidaklah mudah, biayanya mahal, pendonor susah, dan belum tentu cocok pada tubuh pasien. Kemungkinan untuk berhasil pun bisa dibilang kecil akibat resiko yang ditanggung antara pendonor dan penerima sangatlah besar.Nyawa taruhannya.
Dokter menyarankan Angga untuk menjalani kemoterapi secara berkala agar sel kanker tidak menyebar ke organ tubuh lainnya.Tiba saatnya jadwal kemoterapi pertama yang akan Angga jalani, yaitu hari ini.
Pukul lima pagi, Angga masih terlelap dalam mimpinya, rasa takut itu berhasil membuatnya tidak mengantuk semalam dan berakhir terlelap pada dini hari pukul dua.
Lesti memandang Angga dengan bibir bergetar menahan isakan tangis, sebenarnya dirinya juga tidak tega jika putranya harus menelan pahitnya obat berukuran besar yang jumlahnya tidak sedikit. Belum lagi, ia harus menerima kenyataan bahwa sebentar lagi di dalam tubuh Angga akan dimasuki cairan yang nantinya akan membunuh sel-sel kanker yang juga berada ditubuh anak itu.
Mereka berada dalam tubuh yang sama. Mereka akan saling berperang dalam tubuh yang sama, tentu Angga akan merasa sakit pada fase itu.
"Ibu?" Angga mengernyitkan matanya.
"Eh kamu kebangun yah?" Lesti segera mengusap air matanya supaya Angga tidak menyadari jika dirinya juga rapuh.
"Udah pagi?" Angga mengucek pelan kedua matanya yang belum sempurna terbuka.
"Udah subuh Sayang, sholat yuk, minta kelancaran sama Allah. Kamu ndak lupa kan?"
"Oh iya."
"Hari ini kan, jadwal kemo pertama aku." Angga tersenyum sendu menatap Ibunya.
"Ibu akan temenin kamu, kamu nggak sendirian disana. Oke? Semangat!" Pundak Angga ditepuk pelan oleh Lesti, menyalurkan semangat yang harus dimiliki oleh putranya.
Sebelumnya, Angga sudah dijelaskan prosedur kemoterapi yang akan ia jalani. Mulai dari efek samping, hingga kemungkinan perubahan psikis yang akan ia alami. Angga sudah mengetahui secara jelas dan sudah menandatangani persetujuan pengobatan yang akan dirinya lakukan dirumah sakit nanti.
"Kamu sudah siap?" Dokter Reza bertanya sebelum memulai proses kemoterapi.
"Siap, Dok." Angga mengucap tegas seraya menganggukkan kepala.
Terdiri dari empat kantong cairan dengan jenis berbeda, disambungkan melalui selang yang nantinya akan menghantarkan cairan tersebut kedalam tubuh Angga melalui satu jalur.
"Ini langsung semua Dok?" Tanya Angga agak heran jika tubuhnya dimasuki obat sebanyak itu.
"Kamu rileks ya, semuanya akan baik-baik saja."
Angga yang masih tidak terlalu mengerti jenis-jenis maupun nama obat-obatan tersebut pun hanya menurut ketika Dokter memberinya instruksi. Kali ini dia disuruh rileks, Angga mencoba menarik nafas panjang, kemudian menyandarkan tubuhnya pada brankar yang sudah diatur posisi bagian punggung agak tinggi menjadi setengah duduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angga Sayang Ibu✔️[Tamat]
ChickLit#1Kanker (06 Februari 2023) Tentang Angga, remaja malang yang merindukan kasih sayang.