41: Titik Terendah

2.2K 192 38
                                    

Sebelum membaca alangkah baiknya apabila kalian menekan tombol bintang ;)

Happy Reading...
Entah apa yang ada di pikiran Angga. Lelaki itu sedang berada di dapur, mengiris wortel sambil melamun. Rasa perih tidak membuat Angga tersadar akan hal yang dia lakukan.

"NGGA!" Samuel berlari menghentikan pisau yang mengiris tangan Angga hingga menghasilkan banyak darah disana.  

"LO NGAPAIN?!" Samuel membuang pisau membuat irisan wortel beserta talenan jatuh berserakan di lantai dapur.

Angga mengerjapkan mata.

Rasa perih langsung menyergap jari telunjuknya yang terluka.

Angga mengibaskan tangannya yang terasa sangat perih, "Aissh.."

"Lo mau bunuh diri?" tanya Samuel terkesan memarahi, ia menarik tangan Angga untuk segera diobati.

"Gua cuman ngiris wortel." jawab Angga menatap wortel-wortel yang sudah kotor.

"Terus kenapa bisa sampai ngiris jari lo sendiri? Kalau sampai putus gimana?" Samuel meneteskan obat merah terlihat agak kesulitan, wajar saja obat merah itu sudah sangat lama Angga letakkan sembarangan di laci.

Angga diam tidak menjawab, pikirannya tadi tiba-tiba melayang terbang hingga benar-benar tidak sadar.

Wortel yang sudah ia iris padahal telah habis tetapi Angga tidak berhenti hingga akhirnya pisau yang ia gunakan tersebut mengiris jari telunjuknya cukup dalam.

"Lo ngalamun?" Samuel mengguncang pundak Angga ketika mendapati anak itu kembali berpandangan kosong.

"Lihat gue Ngga." pinta Samuel.

Angga mengangkat pandangannya untuk membalas tatapan Samuel yang menusuk kedua bola matanya.

"Tidur ya, gue tau lo sekarang lagi capek. Rumah biar gue yang bersihin." Samuel memandang Angga teduh.

"Gue laper." celetuk Angga mengalihkan pandangannya lagi.

"Gue beliin makanan diluar. Malam ini gue nginep disini lagi boleh kan?"

Angga menggeleng.

"Lebih baik lo pulang."

"Lo nggak mau gue temenin?" ujar Samuel mengangkat sebelah alisnya.

"Gue udah terbiasa sendiri dari kecil Sam." Angga menyandarkan punggungnya ke belakang.

"Tapi lo harus janji nggak akan kaya tadi, gue jadi kawatir mau ninggalin lo Ngga." ucap Samuel serius.

Angga terkekeh, "Lo pikir gue mau ngapain? Gue bener-bener nggak ngeh soal tadi. Udahlah, gue nggak mungkin kaya gitu." jawab Angga paham dengan isi pikiran Samuel.

Samuel menghela napas dengan berat, "Gue nggak bisa perban dengan rapi, besok lo bisa minta tolong biar di benerin cewek lo."

"Thanks." Angga menarik tangannya dari pangkuan Samuel.

"Pulang ya Sam, gue baik-baik aja."

---000---

Angga duduk sendirian di kursi meja makan. Seragam putih abu-abu telah ia kenakan dengan rapi. Namun bukannya langsung berangkat ke sekolah, ia malah duduk sembari menatap ke arah luar rumah dengan tatapan kosong tidak terarah.

"Angga, kamu mau brownies? Bunda bikin banyak di rumah."

Angga tersentak dengan kehadiran suara yang menayapa kesunyian rumahnya.

"Bunda?" beo Angga mengedarkan pandangannya.

"Bunda pulang?" Angga berjalan pelan ke arah sumber suara tadi. Yaitu di ruang tamu depan.

Angga Sayang Ibu✔️[Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang