28: Drama Keluarga

2.5K 160 11
                                    

Mood banget baca komentar kaliaan pada bab sebelumnya😆

Vote dulu sebelum baca☆

Komen di setiap paragraf juga boleh banget😍, ntar aku cepetin updatenya!

Happy Reading...
Tidak ingin dibilang manja oleh Ayahnya lagi, pagi-pagi buta masih dihari libur sekolahnya Angga telah berusaha bangun lebih awal.

Pegal diseluruh tubuh hingga nyeri terutama pada bagian punggung membuat Angga sedikit meringis waktu bangun tidur. Jika dipikir-pikir sebenarnya Angga tidak banyak melakukan aktifitas berat, namun entahlah, tubuhnya memang semenyedihkan ini. Sepertinya yang dibilang Panji benar. Jika Angga terlalu manja.

"Ayah bener, gue manja." Hina Angga kepada dirinya sendiri.

"Liat aja, gak bakalan gue biarin lo tidur-tiduran lagi." Angga menunjuk dadanya didepan cermin yang menampilkan penampilan tubuhnya.

Belum adzan subuh, Angga menuju dapur mendengar adanya aktifitas disana. Tidak langsung menyapa perempuan paruh baya yang tengah memasak diatas kompor, Angga berjalan perlahan menuju kulkas. Sudah lama ia tidak minum minuman dingin.

"Lho Mas Angga udah bangun?" Atun pun menyadari keberadaan sang majikan.

"Enggeh Bi, pengen hirup udara pagi nih." Angga meneguk air putih dingin dari dalam kulkas.

"Heh, Mas Angga kok minum minuman dingin to? Nanti ketahuan Ibu bisa dimarahin lho." Tegur Atun.

"Nggak papa, Ibu ndak tau kalau Bibi ndak bilang." Angga memasukkan kembali botol berisi air tersebut.

"Mas Angga ini, dikasih tau kok ngeyel."

"Gimana tubuh sampeyan? Udah mendingan atau masih mual?" Imbuh Atun bertanya.

"Mualnya masih, nggak nafsu mau makan tuh. Ngomong-omong, Ibu marah ya Bi?"

"Mboten marah Mas, omongannya Bapak jangan dimasukin ke hati ya Mas. Bapak memang pribadi yang keras, Mas Angga ampun kaget."

"Saestu mboten kaget Bi, saya udah tau kalau Ayah memang sepertinya tidak begitu suka dengan saya."

"Jangan berpikir seperti itu lah Mas, masuk telinga kanan keluar telinga kiri saja. Jangan dipikirin terus, Mas Angga ndak boleh banyak pikirian kan?"

Angga menyengir geli mendengar tuturan Atun yang terasa mencubit hatinya, "Gak boleh banyak pikiran? Saya masih muda, kalau nggak banyak mikir gimana bisa jadi orang?"

Emosi Angga sedang tidak stabil sekarang, banyak perkataan yang sebenarnya tidak bermaksud menyinggung dirinya tetapi Angga terlalu menganggapnya serius hingga timbul perasaan tidak nyaman.

Atun terdiam sambil mengamati kepergian pemuda itu dengan tatapan heran. Tidak biasanya Angga menanggapi ucapannya dengan jawaban ketus seperti tadi.

...

"Ada yang bisa Angga bantu Yah?" Angga menawarkan tenaganya ketika melihat Ayahnya akan berangkat ke kantor. Jas yang Panji kenakan begitu rapi nan wangi.

"Angkat koper itu, taruh di bagasi mobil." Titah Panji menuding koper hitam yang Angga pikir pasti isinya baju.

Angga berangkat mengangkat koper tersebut, lumayan berat namun tentu Angga kuat membawanya menuju bagasi mobil. Tidak banyak tanya, Angga melirik Panji yang tengah meminum kopi di teras rumah.

Angga Sayang Ibu✔️[Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang