25: Orang-Orang Tersayang

2.7K 147 9
                                    

Apakah kalian sudah memasukkan cerita ini ke dalam perpus kalian?

Happy Reading...
Leukemia.

Selama ini Angga telah lalai menjaga kesehatan tubuhnya. Angga tau jika kebiasaan yang ia lakukan selama ini sangat tidak sehat, tetapi Angga hanya terpaksa. Tidak ada pilihan lain selain melakukan rutinitas tersebut.

"Kenapa bisa penyakit itu sih Nak, ya allah." Lesti menitihkan air matanya menatap Angga yang bersandar dengan bantal dipunggung.

"Maaf Buk... Angga ndak becus jaga diri Angga sendiri."

Lesti menggeleng pelan mendekati Angga, mendekap tubuh lelaki itu dengan segenap lukanya.

"Bukan salah kamu Nak... kamu sedang diberi ujian, yang kuat ya?"

"Ibuk akan selalu ada disamping kamu, kamu tidak menghadapi ini semua sendirian. Kamu pasti sembuh, kita akan berjuang sama-sama yah." Lesti mencium kening Angga yang terasa hangat sekarang.

"Janji ya Buk, Angga akan selalu kuat jika ada Ibu." Dengan senyuman tipis di bibirnya, Angga tidak menangis menghadapi kenyataan ini.

"Jangan terlalu dipikirin ya, kamu masih bisa sekolah. Kamu tetap akan terlihat sama seperti teman-teman kamu, ndak usah mikir macem-macem." Seolah Lesti bisa membaca pikiran Angga yang memang sedang memikirkan nasib pendidikannya kedepan.

"Apa Angga bisa seperti biasanya? Angga boleh aktivitas sekolah seperti biasa?" Tanya Angga.

"Bisa Nak, dengan satu syarat. Kalau kamu merasa capek, kamu harus segera istirahat, jangan dipaksakan."

Angga terdiam mendengar syarat tersebut, padahal belakangan ini ia sering merasa kelelahan padahal belum melakukan apa-apa. Itu namanya Angga tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya.

"Mulai sekarang, kamu tinggal dirumah Ayah ya. Biar Ibu tetep bisa pantau kamu." Angga mendongak kaget.

"Ayah Panji itu Ayah kamu Nak. Dia kasar karena kamu juga bandel, kalau kamu ndak bikin dia marah kamu juga ndak bakal dibentak." Lesti mengusap rambut Angga dengan pelan.

Angga mengesahkan nafasnya berat.

"Ayah kaya ndak suka sama aku Buk, bawaannya pengen marah terus Ayah tuh."

"Itu perasaan kamu sayang."

"Apa sama Ibu, Ayah ndak pernah marah-marah kan?"

Bibir Lesti terkatup, ia harus menjawab bagaimana? Karena sesungguhnya Panji memang pribadi yang kasar.

Tetapi dibalik kasarnya sikap Panji, ia tetap menjadi kepala keluarga yang bertanggung jawab. Selalu memiliki cara untuk menyatukan keharmonisan keluarga setelah terjadi pertikaian.

"Mending kamu istirahat, kepala kamu panas, pusing ya?" Tebak Lesti kembali meraba kening Angga.

"Lumayan." Angga memijat belakang lehernya yang terasa luar biasa berat.

"Dibawa tidur gih."

Angga mulai membaringkan tubuhnya, Lesti memijat pelan pelipis Angga dengan gerakan memutar membuat anak itu memejamkan mata. Pijatan Ibunya sangat terasa nyaman.
...

"Sakit." Samuel membaca keterangan surat izin Angga diatas meja guru. .

"Buset, kira-kira Angga diapain Bokapnya ya sampai kaga berangkat sekolah gini?" Timpal Dodi mengingat dua hari yang lalu mereka ketahuan bolos oleh keluarga Angga.

Angga Sayang Ibu✔️[Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang