18: Taman Rumah Sakit

3K 182 7
                                    

Happy Reading...
Berkali-kali dibuat memar hingga bonyok akibat berantem demi membela geng sekolahan, tidak membuat Angga kapok untuk turun di jalan membawa senjata tajam.

Nakal.

Sebutan para warga sekitar teruntuk kelompok remaja yang melakukan aksi tawuran yang berhasil membuat mereka segera menutup warung.

Namun kali ini berbeda, dua kubu yang saling menyimpan dendam tersebut tidak melasanakan aksinya ditengah jalanan raya, melainkan di jalanan yang memang tidak banyak motor melintas karena areanya yang terkenal rawan begal ketika malam.

Setelah Angga menyelesaikan pukulannya kepada anak sekolah Cakrawala yang berhasil lengah, ia melihat Samuel terancam bahaya.

Dari arah belakang Samuel ada remaja yang mengeluarkan pisau, sepertinya ia akan menggunakan pisau tersebut untuk melukai Samuel.

Tentu Angga yang melihat itu tidak tinggal diam, ia berlari kearah remaja itu, menghentikan sebelum melukai sahabatnya.

"Woy!" Seru Angga mencekal tangan remaja lelaki itu dengan kuat.

Samuel tidak menyadari Angga menyelamatkan dirinya dari serangan lawan, ia sibuk berkelahi dengan lawannya tanpa memperhatikan sekitar.

Angga menendang pisau itu hingga terlempar jauh.

"Sialan lo!" Angga terkena jotosan mentah membuat dia meringis pelan.

Perkelahian pun tidak dapat dihindarkan. Rupanya tidak hanya satu pisau yang remaja itu bawa, ia mengeluarkan lagi dari dalam tas dan seketika menyodongkan kepada Angga sebagai ancaman.

"Mati atau nyerah?" Tanyanya disela Angga mengatur nafasnya yang memburu.

BUGH!

Angga tersenyum tipis ketika dari arah belakang Samuel memukul kepala lawan Angga menggunakan balok.

BUGH

Samuel melayangkan kembali pukulannya tanpa berpikir panjang.

Ekor mata Angga melirik pisau yang tergeletak milik remaja itu, Angga ingin mengamankan benda itu. Lumayan buat koleksi.

Slep!

Sebuah pisau mengenai perut Angga sedetik setelah ia membalikkan badan.

"Bangsat." Umpat Angga memandang perutnya yang mulai terasa perih.

Spontan Abi mendekat kearahnya, melawan pengecut yang sudah menusuk perut Angga. Angga perlahan membungkukkan badannya karena nyeri yang menjalar hingga perutnya bagian atas.

Untung ia mengenakan kaos dobel sehingga tidak terlalu dalam tusukan pisau itu.

Argh!

"Kena?" Samuel menepuk pundak Angga.

"Perih bangsat." Ujar Angga sambil meremas perutnya.

Suara sirine polisi mengejutkan puluhan pelajar yang tengah beraksi. Pontang-panting mereka menyelamatkan diri masing-masing atau jika tidak mereka akan tertangkap oleh polisi dan berakibat panjang urusan nanti.

"WOYY BUBAR!" Pemimpin Lentera meneriaki anggotanya sambil menggebor-geborkan motor.

"Berdiri Ngga." Titah Samuel menarik lengan Angga paksa.

Abi dan Samuel memapah Angga menuju jalan pintas yang ada.

"Pelan-pelan cok." Ujar Angga kesakitan kala berjalan dengan cepat.

"Berhenti!" Seru lantang oknum polisi kepada mereka bertiga.

Samuel memejamkan matanya frustasi.

"Angkat tangan!"

Angga Sayang Ibu✔️[Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang