Happy Reading...
Angga meyakinkan dirinya untuk masuk kedalam rumah besar bernuansa putih yang tak lain ialah milik Ayah tirinya sekaligus tempat tinggal Ibunya dan adik tirinya yang masih kecil.Angga merasa tidak nyaman tinggal dirumah besar itu, sehingga ia lebih memilih tinggal dirumah yang telah menjadi saksi hidupnya selama ini.
Lelaki yang masih mengenakan seragam putih abu-abu itu langsung mencium tangan Ibunya. Ia memohon maaf atas segala khilafnya malam itu. Ia hanya terbawa emosi dan sakit hati karena tamparan yang membekas di hatinya. Angga hanya anak remaja biasa yang masih beremosi labil.
"Ibu udah maafin kamu Nak." Lesti mengusap rambut putranya.
"Angga nyesel banget Bu, maaf."
"Ibu juga kebawa emosi waktu itu, Ibu juga minta maaf udah nampar pipi kamu." Lesti mengelus pipi kanan Angga.
"Badan kamu kok anget?" Lesti bergerak menyentuh kening Angga yang masih terasa hangat.
Kemudian Lesti melihat penampilan Angga dari atas sampai bawah. Baju dikeluarkan, rambut acak-acakan seperti habis bangun tidur.
"Kamu emang udah gede ya Ngga." Ujar Lesti menggelengkan kepalanya, ia membenarkan posisi krah baju Angga yang berantakan.
Angga menyengir lebar,
"Sana gih, perbaikin komunikasi kamu sama Ayah." Ucap Lesti.
"Ayah udah pulang?" Tanya Angga.
"Udah, sekarang lagi di kamarnya Zeni."
"Ngomong baik-baik, gausah pakai emosi lagi. Kita ini keluarga." Sambung Lesti.
"Siap Bu." Angga berlari menaiki anak tangga.
Tidak luput dari detak jantung yang berdegup kencang, aura wibawa yang dimiliki Panji tidak heran membuat dirinya banyak disegani orang. Angga kagum dengan Ayah tirinya itu, ia bak lelaki sempurna idaman para wanita. Ia tampan, ia kaya, ia pintar, tegas, dan mampu menjadi kepala keluarga yang mengatur dan mengendalikan anggota keluarganya dengan sempurna.
"Makasih Yah." Angga menghembuskan nafasnya dengan lega, hubungan dirinya dengan Ayah tirinya berhasil ia perbaiki.
"Ayah sudah nunggu lama kamu main kesini, dan bicarain masalah ini." Ujar Panji.
"Aku butuh waktu Yah."
"Yasudah lupakan masalah ini, yang lalu biarlah berlalu. Ayah ingin kamu tidak menjadi laki-laki urakan. Jadilah laki-laki yang bertanggung jawab dan punya harga diri." Panji menatap Angga serius, Angga hanya bisa menganggukkan kepalanya sambil berusaha berjanji kepada dirinya sendiri.
Lesti memanggil putra putri serta suaminya untuk berkumpul di ruang makan.
Angga menggendong adik kecilnya dengan berlari menuruni anak tangga. "Pelan-pelan Mas, nanti jatuh sakit." Tegur Lesti kawatir.
"Yeeey!!" Zeni bersorak ria turun dari punggung Angga.
"Capek, kamu berat." Angga pura-pura kelelahan setelah menggendong adiknya dari kamar sampai ruang makan.
"Iya dong kan tambah gede aku sekarang, bobot aku kemaren berapa Ma?" Tanya Zeni kepada Lesti, dia habis melakukan timbangan rutin di sekolahnya kemarin.
"Makan dulu, nih Mama gorengin ayam kremes kesukaan kamu."
Angga mengusap rambut Zeni gemas, anak itu begitu kritis. Segala hal yang belum ia ketahui akan ia tanyakan sampai ia benar-benar paham.
Perhatian Angga teralihkan dengan tangannya yang tengah memegang gelas berisi air putih. Alis Angga berkerut melihat tangannya gemetaran hingga isi airnya turut bergerak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angga Sayang Ibu✔️[Tamat]
ChickLit#1Kanker (06 Februari 2023) Tentang Angga, remaja malang yang merindukan kasih sayang.