33: Singkong & Rindu

1.7K 143 1
                                    

Hallo, i am back!😎🔪

Happy Reading...
Angga membuka ember khusus tempat penyimpanan beras. Laki-laki itu terdiam ketika melihat tidak ada beras disana. Sudah cukup lama ternyata Angga tidak menempati rumahnya ini, sehingga ia belum membeli beras.

Angga mencoba menggulingkan wadah tersebut, mengumpulkan beras seadanya untuk dijadikan makan malam karena sedari tadi ia lapar.

Beras yang terkumpul di telapak tangannya berjumlah sangat sedikit. Untuk dibuat bubur pun sepertinya akan larut bersama air.

Angga menatap nanar makanan yang nantinya akan menjadi nasi tersebut.

Angga menarik satu gelas dari rak, menuangkan air bersuhu sedang ke dalam gelas tersebut. Dengan posisi duduk di kursi dapur, ia meminum berulang kali hingga rasa lapar di perut terasa sedikit berkurang akibat air yang ia minum.

"Buset... kembung dah." Angga menepuk perut rampingnya dua kali.

Pandangannya beralih menatap nota buku LKS yang baru saja ia terima tadi siang di sekolah. Kata gurunya, seluruh murid harus segera melunasi buku tersebut paling lambat seminggu setelah buku di bagikan.

Belum bayar, tapi sudah diberi barangnya.

Itulah Lentera. Pihak sekolah percaya, anak didik mereka kalangan dari orang berada. SPP Lentera saja bayarnya mahal, bukan tidak mungkin jika sekolah tersebut mendapat predikat 'Sekolahnya anak orang kaya.'

"Dibelakang rumah kan masih ada pohon singkong!" Angga menghentakkan gelasnya secara tidak sadar.

Bunyi hujan deras mengguyur atap rumahnya membuat rasa lapar semakin menyiksa cacing-cacing perutnya. Angga mengambil kresek untuk sekedar melindungi kepalanya dari guyuran air hujan secara langsung. Ia hanya tidak ingin, pening di kepalanya semakin parah. Dan membuat repot tetangga dekatnya, Bunda.

Berbekal pacul dan senter, malam-malam Angga pergi ke kebun belakang rumah guna mencabut singkong untuk makan malam. Karena ia tidak memiliki beras atau pun yang lain.

Ugggghhh!

Angga mengerahkan seluruh tenaganya untuk mencabut satu batang pohon singkong berukuran cukup besar.

Belum sempurna tercabut, namun tiga buah singkong sudah sedikit terlihat dari permukaan tanah. Pohonnya pun juga sudah hampir tumbang.

Uuuugggghh!

Dengan tenaga yang lebih besar, Angga akhirnya bisa mengeluarkan singkong dari dalam akar pohonnya. Ia sampai terjengkang jatuh ke tanah lalu berakhir kaos miliknya basah kuyup terkena guyuran air hujan.

Angga mengusap wajahnya, ia berdiri sambil memegang pinggangnya yang terasa sedikit encok.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Angga Sayang Ibu✔️[Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang