Dino yang sampai di desa kemarin malam mengunjungi rumah Alvin. Ia dipersilahkan menjenguk Neona, "Hai Neona," ia membawa beberapa bunga kesukaan Neona. "Nilaimu di pelajaran herbology paling tinggi, aku dan Dean paling rendah. Tidak kah kau ingin merayakannya dengan kami?"
Dino meletakkan bunganya di vas, namun angin kencang masuk kekamar Neona melalui jendela yang terbuka. Menjatuhkan vas bunga yang hendak di ambil Dino "Ah sialan," gerutunya. Ia memungut pecahan vas di lantai. "Aa! Aaastaga sial sekali aku hari ini," jarinya tergores pecahan vas.
Neona membuka matanya, ia mencium bau darah segar. Ia duduk dan melihat Dino sedang memungut kaca sambil membelakanginya. 'Dino? Kenapa disini?'
Dino mencium aroma vampire di dekatnya, ia berbalik dan melihat Neona sudah bangun. "Neona?" ia mengernyitkan dahinya.
"Jangan dekat dekat Dino, pergilah," perintah Neona. Ia takut Dino akan menjauhinya setelah tahu siapa Neona sebenarnya.
Dino tetap melangkah mendekati Neona, "Neona kau baik baik saja kan?"
Itu membuat Neona kabur melalui jendela, ia menghindari siapapun yang akan mendekatinya. Sampai akhirnya ia berada di dahan pohon dekat sungai. Ia mulai menangis, lihat? Apa yang ia lakukan selama ini sia sia. Kenapa dia berbeda? Dia ini siapa? kenapa jadi seperti ini? Semua itu memenuhi pikirannya, ia kesal kenapa harus terlahir seperti ini.
Martin mendekatinya, "Pergilah! Aku tidak ingin diganggu!" perintah Neona. Ia tahu sedari tadi Martin mengikutinya.
Martin duduk di samping Neona, "Sudah merasa baik baik saja?"
Neona tidak menjawab, ia masih kesal. "mau sampai kapan menangis? Kau tidak akan berubah dengan manangis," kata Martin.
"Meledekku ya?" tanya Neona.
Martin menggeleng, "Tidak, hanya saja kemarin kau bilang bisa berubah jadi serigala kan?"
Neona memandang Martin, "Kemarin aku hanya bercerita ke,,, KAU MENGUNTITKU YA!?" Ia hanya bercerita tentang itu pada Edward saat hari pernikahan kakaknya.
Martin tersenyum miring, "Yah bagaimana lagi? Aku tidak sengaja mendengar suara kalian berciuman kemarin,"
Neona jadi malu, "Jangan bilang siapa siapa,"
"Yasudah, jangan menangis," Martin mengelus kepala Neona.
*
Edward mengendap kerumah Daven, tidak ada Neona. Tapi ada Alice, "Alice," panggilnya pelan. Membuat Alice terkejut, pasalnya dia sedang dirumah sendiri.
"Kenapa kau disini? Nanti Daven tau dan berfikir macam macam," tukas Alice.
Edward duduk di bingkai jendela, "Neona bagaimana?"
"Neona? Kenapa kau menanyakannya?" tanya Alice.
Edward menunduk, iya juga. Tidak ada yang tahu, tapi Alice temannya. "Aku matenya, wajar kalau aku khawatir,"
Alice menyipitkan matanya, ia meletakkan gelasnya dan menghampiri Edward. "Apa maksudnya?" ia kira Neona menyukai Edward karena hanya suka. Seperti remaja yang puber pada biasanya.
"kami mate, kami sengaja tidak memberi tahu siapapun. Kami takut akan banyak hal," kata Edward, raut wajahnya menggambarkan segalanya. Ia sedih melihat kondisi Neona terakhir kali.
"Tapi kalian berbeda Ed," kata Alice. "Ini semua seharusnya tidak pernah terjadi,"
"Aku tahu Alice, tapi aku bisa apa?" tanya Edward, Alice tak dapat menjawabnya. Ia juga bingung, hubungan mereka berbahaya jika diteruskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Will of The Moon
Wilkołaki"Dihadapan bulan kami membuat sumpah dan hal itu tidak akan pernah terlanggar. Aku akan selalu menjadi matamu dan kau akan selalu menjadi penenangku" Sebuah kisah yang sudah terlampau jauh untuk diingat oleh Alice kembali berlanjut. Namun semuanya t...