Daven kembali setelah mendapat kabar dari Edward. "Apa Alice akan baik baik saja?" tanyanya pada Neona.
"Heem, tenang lah kak. Aku sudah menukar kesialannya hari ini dengan keberuntungan," kata Neona.
Daven dapat bernafas lega, "Syukurlah, aku akan kembali besok. Kau mau disini atau bagaimana?"
"Ya aku akan kembali, besok aku masih ada jadwal," jawab Neona. Ia selesai memberi obat pada luka Gabriel. "Jangan banyak tingkah dulu," ia meninggalkan Gabriel bersama kakaknya.
Daven duduk disamping Gabriel, "Dia memang bisa di andalkan,"
"Boleh aku meminangnya?" tanya Gabriel.
Daven menatapnya dan sedikit tertawa, "Cih, kau pikir semudah itu? Kalahkan Dino dan Charlie dulu, lalu langkahi aku jika bisa,"
"Kau ini sungguh tidak pengertian, aku akan minta izin ke Alvin saja," kata Gabriel.
Daven menepuk punggung Gabriel, "Semoga kau selamat," lalu pergi masuk ke rumahnya.
Kini giliran Dino yang mencari perhatian pada Neona, "Neona sepertinya aku terluka,"
Neona menoleh, "Mana?"
"Jantungku sedikit sakit. Ia berdetak dengan tidak stabil, tidak maukah kau memeriksanya?" Dino memasang wajah memelas.
Neona menempelkan telinganya di dada sebelah kiri Dino. Tangan Dino hendak memeluk Neona, namun Daven mengetahuinya. Ia langsung menjewer telinga Dino. "Maafkan aku tapi sekarang sakitnya pasti sudah pindah ke telinga," kata Daven.
"Aaa! Iya, ahahah sudah pindah. Aku akan meminta yang lain saja untuk mengobatiku," Dino panik, Devan melepas tangannya dari telinga Dino. Ia tersenyum tanda bahwa Dino harus pergi dan tak mengambil kesempatan di saat seperti ini.
Neona sudah meninggalkan mereka berdua untuk melihat ke tempat lain. Manatau saja ada yang bisa dia tolong, namun tampaknya tidak ada. Jadi ia kembali kerumah untuk istirahat, "ibu aku lapar," ia duduk di kursi dekat meja makan.
Helena mengelus kepala putrinya, "Mau makan apa?" ia pergi ke dapur, bersiap memasakan makanan yang di inginkan Neona.
"Terserah ibu, aku rindu masakanmu," jawab Neona.
Ibunya tersenyum dan mulai memasak. Mereka berbincang tentang pendidikan Neona dan sesekali membahas teman Neona yang selalu mengganggunya. "Kapan aku bisa jadi seperti kakak?" Neona menidurkan kepalanya di atas meja dengan posisi menoleh ke ibunya yang sedang memasak.
"Segera Neona, segera," jawab Ibunya.
Alvin dan Daven masuk, mereka bergabung di meja makan. Semalaman berkelahi membuat mereka lapar, ini sudah dini hari. Setidaknya sebelum kembali ke kota Neona ingin mencicipi masakan ibunya. Sambil menunggu ibunya selesai, ia malah tertidur.
Daven terbesit pikiran jahil saat melihat adik perempuannya mulai tertidur. Ia menggelitiki telinga Neona dengan kertas tisu, membuat Neona terusik. "Kakaaaaak," ia menutup telinganya.
"Bangun bangun tukang tidur, hari sudah pagi. Saatnya pergi berburu dan mencari mate mu, jika kau tak cepat berlari seekor domba akan lepas lagi," Daven bernyanyi sambil terus menganggu Neona.
"Suaramu jelek, lagumu juga aneh kak. Ayah lihat anak mu ini terus mengangguku!" ia mengadu Ke Alvin yang dari tadi duduk terkekeh melihat mereka berdua.
Alvin menanggapi keluhan Neona, "Aku merindukan keributan ini, sejak kalian pergi ke kota rasanya sepi,"
"Aku juga rindu kalian," kata Neona.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Will of The Moon
Werewolf"Dihadapan bulan kami membuat sumpah dan hal itu tidak akan pernah terlanggar. Aku akan selalu menjadi matamu dan kau akan selalu menjadi penenangku" Sebuah kisah yang sudah terlampau jauh untuk diingat oleh Alice kembali berlanjut. Namun semuanya t...