Chapter 15

30 6 0
                                    

"Kami kembali dulu ya, kami akan kabari lagi tentang persiapannya nanti," kata Alice. Mereka berdua pamit kembali ke kediaman Daven.

Alice sibuk mencari cari gaun ya ia suka di situs internet. Ia terus bertanya pada Daven, mana yang cocok untuk nya? Apa ini tak terlalu mahal? Ia ingin tampil sederhana  saja. Daven hanya menyetujui apa yang Alice suka sambil sesekali memberi pendapatnya.

Daven memberi kabar pada orang tuanya lewat Gabriel bahwa ia akan telah mendapatkan persetujuan dari pihak Alice. Agar mereka juga cepat membuat persiapan untuk pernikahan Daven.

Mereka akan datang ke butik hari ini, hanya untuk fitting baju dan memilih konsep pakaian yang akan mereka kenakan nanti. Setelah itu mereka kembali kerumah untuk beristirahat setelah perjalanan panjang. Ini akhir musim dingin jadi mungkin masih ada satu sampai dua bulan lagi menuju pernikahan mereka. Tapi sudah banyak hal yang mereka persiapkan mulai hari ini.

"Kami pulang," Daven membuka pintu rumahnya, sepi tak ada yang menjawab. Kemana Neona?

Alice meletakkan barangnya di meja, ia akan merapikan barangnya terlebih dahulu. Daven pergi kekamar Neona, ternyata adiknya sedang tertidur. Di meja belajarnya ada setumpuk buku, apa dia sedang ujian? tanya Daven dirinya sendiri. Daven mengelus kepala Neona dan kembali ke ruang tamu.

"Besok kamu sudah kerja lagi ya?" tanya Daven.

Alice mengangguk, "Iya aku akan meminta izin cuti nanti,"

"Jangan capek capek," Daven menggantung mantelnya di dekat pintu.

*

Neona bangun dari tidurnya, melihat kedua kakaknya sudah pulang. Dia masih mengabaikan Daven dan kembali kekamarnya.

"Hey!" tegur Daven.

Neona berhenti dan melirik Daven lalu memutar bola matanya malas, ia berlalu begitu saja. Daven menggelengkan kepalanya, bisa bisanya dia marah sampai dua hari.

"Sudahlah Dav, nanti biar aku yang membujuknya," Alice menenangkan Daven.

"Dia itu butuh di beri peringatan, semakin kesini semakin seenaknya," kata Daven.

Apa yang Neona lakukan? Dia sering pulang terlambat, keluar rumah tanpa izin dan terkadang menggunakan power-nya sembarangan didepan umum. Mungkin banyak orang sudah tidak percaya akan vampire, werewolf, dan penyihir  tapi itu juga akan membahayakan dirinya sendiri jika ada vampire yang melihatnya. Daven juga yang mengirim Dino untuk memantau Neona, dia makin khawatir saja setelah dua kali adiknya bertemu vampire-vampire itu.

Alice menepuk pundak Daven, "Dia kan masih muda, lumrah kalau dia bandel. Jika kau marah-marah padanya terus dia tidak akan mendengarkanmu,"

"Ah sudahalah Alice, terserah apa maunya," Daven kembali menonton televisi didepannya.

Dikamar Neona sedang duduk didepan jendela, malam ini Edward kemana? Semalam saat kakaknya tidak dirumah Edward datang ke kamarnya. Neona yang setengah tidur jadi tahu kalau Edward lah yang menaruh bunga dan mencium bibirnya saat tidur. Ia menunggu Edward dalam keadaan terjaga kali ini.

Tapi tentu saja Edward tidak akan datang, alasannya karena Neona masih terjaga. Ia menunggu Neona tidur terlebih dahulu dengan duduk di atap sebuah toko kue yang hanya berjarak setengah kilo meter dari rumah Neona. Saat melihat Neona akan jatuh karena mengantuk, ia langsung melesat menghampiri Neona dan menangkapnya.

Edward meletakkan Neona diranjangnya untuk tidur, "Kau ini membuat jantungku hampir berdetak," itu sebenarnya guyonan di antara kaum vampire, banyak orang yang mengira jantung mereka tak berdetak karena mereka berasal dari mayat. Nyatanya jantung mereka berdetak walau pelan. Apalagi Edward setengah manusia, tentu saja jantungnya berdetak normal.

The Will of The MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang