Mana suaraaanyaaa timm JayLii!!!!
*******
Mereka semua kembali berkumpul. Minus Bara karena Bara harus fokus pada latihannya. Sebenarnya tidak hanya Bara yang berpikir ia sudah mengabaikan banyak latihannya. Semua temannya juga berpikir demikian.
"Si Bara padahal diem aja kalau ngumpul, tapi sepi juga gak ada dia." Celetuk Jay ketika semuanya fokus pada film yang sedang di tonton.
"Kangen lo sama Bara?" Tanya Radinka.
"Ya ngga juga sih. Hehehe." Radinka langsung melempar permen di depannya ke arah Jay.
"Din gimana lo hari ini?" Tanya Alicia santai sambil memakan kacang yang dibawa Evan tadi.
"Biasa aja. Cek cek, terus minum obat. Gitulah." Radinka menjawabnya dengan santai pula.
"Din. Kalau lo ada apa-apa langsung kabarin kita. Jangan diem-diem aja." Sudah ke sekian kalinya Kanaya memperingatkan Radinka seperti ini.
"Besok gue berangkat." Semua menoleh serempak ke arah Radinka.
"Sumpah. Tanya Tuan Aksa. Tiketnya baru dibeli tadi. Gak ada sembunyi-sembunyi." Ucap Radinka saat mendapat tatapan tajam dari teman-temannya. Menyeramkan sekali mereka.
"Sumpah. Gue gak ada niatan dadakan. Gue juga pengennya kita jalan dulu tapi tiba-tiba udah dijadwalin. Gue udah ngamuk kok ke bokap gue." Ucap
Kanaya mendekat lalu memeluk Radinka. Evan hanya menghela nafas. Alicia tidak bergerak dari tempatnya. Hanya tatapan matanya saja yang berubah. Jay yang duduk di sampingnya langsung menepuk bahu Alicia pelan.
"Jangan sedih gitu lah semuanya. Nanti gue ikutan sedih. Lagian kali ini gue positif thinking banget bisa sembuh. Orang dokternya juga santuy banget." Omel Radinka pada teman-temannya. Padahal air matanya juga sudah mengalir tapi ia masih bisa mengomel.
Akhirnya malam itu mereka berpindah ke rumah Radinka. Kanaya dan Alicia memutuskan untuk menginap. Sementara Evan dan Jay ada di rumah Albi.
****
Paginya.
Tidak ada yang matanya tidak membengkak baik Kanaya, Alicia, juga Radinka. Jay dan Evan sampai bingung apa yang dilakukan cewe-cewe itu sampai mata mereka terlihat mengenaskan.
"Makanya kompres kalo abis nangis-nangisan." Ucap Jay.
"Jay berisik deh. Pusing nih gue." Omel Kanaya. Radinka yang sudah duduk manis di dalam mobil hanya tertawa.
"Ayok naik semuanya." Ucap Aksa. Para perempuan ada di mobil Aksa dan laki-laki bersama Albi di mobilnya.
Sepanjang jalan tidak ada satupun yang berbicara. Aksa tidak menyetir namun matanya hanya memandang ke depan jalan. Supirnya yang biasa banyak bicara kalau di depan Radinka juga diam.
Ini bukan perjalanan yang menyenangkan, jadi semua sibuk dengan pikiran masing-masing.
Waktu bahkan berjalan dengan sangat cepat. Saat tiba di bandara, tidak ada satupun yang berniat turun dari dalam mobil.
"Ayo Pah. Nanti telat." Ini yang tersulit. Aksa benar-benar tidak menggeser sedikitpun pinggulnya.
Kanaya dan Alicia yang duduk di samping kanan kiri Radinka juga tidak bergeser sedikitpun. Malah semakin mendekati Radinka.
Tok
Tok
Albi merasa aneh dengan mobil Papanya karena tidak ada satupun yang keluar. Jadi ia menghampiri untuk memastikan apa yang terjadi.

KAMU SEDANG MEMBACA
INEFFABLE [COMPLETED]
Novela JuvenilMULAI REVISI PELAN-PELAN ************* Alicia menyukai semua bacaan fiksi. Mulai dari novel sampai komik. Menyukai semua genre mulai dari horror sampai romantis. Yang paling ia suka adalah fiksi remaja. Di umurnya ke 18 ini ia memang sedang mendamba...