Alicia diam termenung sepanjang jalan menuju rumahnya. Bara dan Evan sudah kembali ke sekolah untuk mengambil kendaraannya. Tersisa Radinka dan Jay yang menghantar Alicia pulang.
"Untung gue nih orangnya baik. Gak pernah simpen dendam. Makanya gue mau anter lo pulang. Coba kalau gue jahat. Sahabat gue udeh kesusahan." Ucap Jay tidak pernah berhenti sejak tadi.
Sebenarnya ia begini karena tidak mendengar sepatah katapun dari Alicia sejak Alicia keluar dari IGD. Alicia tidak bicara padanya. Bukan hanya padanya. Pada yang lain juga. Alicia diam saja sejak tadi.
"Jali. Alicia masih sakit. Lo diem aja deh."
"Iya."
Begini sejak tadi. Jay berceloteh, Radinka menegur, Jay mengiyakan. Dan berulang lagi.
"Berhenti di depan situ tuh. Itu rumah Alicia." Ucap Radinka sambil menujuk rumah bercat putih.
Jay dengan patuh menuruti. Saat mobil berhenti, Radinka yang turun pertama.
"Lo tinggal sendiri?" Tanya Jay pada Alicia.
"Jay. Gue sebenernya gak mau ngomong ini. Gue lagi capek banget. Intinya. Gue benci banget sama lo Jay." Setelah mengatakan itu Alicia keluar dan membanting pintu mobil Jay. Jay terdiam.
"Radinka gue masuk duluan yah. Makasihh banget udah nolong gue." Radinka mengangguk senang.
Jay bergegas keluar dari mobil namun terlambat. Alicia sudah masuk ke rumahnya.
"Din. Kita gak usah deket-deket sama dia deh. Udah gue tolongin. Bukannya makasih malah bilang benci sama gue. Pokoknya lo jangan deket-deket dia lagi." Radinka mendengus lalu pergi menjnggalkan Jay.
***
"Hahhh... kok gak berhasil yah? Mana malu-maluin banget sampai masuk rumah sakit gitu." Gerutu Alicia yang kini terbaring di kasurnya.
Flashback on
Alicia duduk lama di tangga dekat toilet menunggu agar sekolah sepi. Dan benar saja, saat sepi ia bergegas ke toilet.
"Oke. Jadi di sini gue jatoh." Gumam Alicia sambil meraba-raba lantai tempat ia jatuh. Agak merinding sebenarnya.
"Gue ngadep mana yah waktu itu."
Alicia mencoba mengingat dan akhirnya menetapkan posisi saat hari itu terbayang dalam otaknya.
"Kepala gue jadi nyut nyut ngebayangin waktu jatoh."
Alicia menatap ngeri pada lantai yang akan menghantam kepalanya itu. Ia menarik nafas dalam lalu
"Argh!! Gak berani gue!!!" Pekiknya saat ia tidak sedikitpun jatuh dari posisinya.
"Ayo ayo demi Flo. Demi masa depan gue. Demi ujian gue. Ayo."
Ia merapalkan tekadnya dalam hati. Ia kembali menarik nafas.
Dug.
Hanya bokongnya yang mendarat. Ia tidak sampai hati menyakiti kepalanya.
"Sakit banget..." Ringisnya sambil mengusap bokong.
Saat sakitnya berkurang, ia kembali berdiri. Menumpuk tekad yang lebih dari sebelumnya. Mencoba berkali-kali sampai akhirnya
Brak
Kepalanya serasa berputar. Ia tidak siap jatuh. Ia terpeleset tadi. Lama-lama pandangannya memburam. Ia tersenyum
"Bener kan kayak gini." Gumamnya pelan sebelum kesadarannya direnggut kegelapan.

KAMU SEDANG MEMBACA
INEFFABLE [COMPLETED]
Teen FictionMULAI REVISI PELAN-PELAN ************* Alicia menyukai semua bacaan fiksi. Mulai dari novel sampai komik. Menyukai semua genre mulai dari horror sampai romantis. Yang paling ia suka adalah fiksi remaja. Di umurnya ke 18 ini ia memang sedang mendamba...