16

27.1K 3.5K 99
                                    

Alicia melihat orang-orang berjalan mendekatinya.

"Dek." Seorang ibu-ibu berlutut sambil menepuk pundak Alicia pelan.

Tangan Alicia yang bergetar terangkat sedikit.

"Adek bisa bangun?" Ibu itu meraih tangan Alicia. Alicia mengangguk pelan. Ia merasakan beberapa orang membantunya.

"Argh!! Sakit pak jangan di pegang. Hikss."

Alicia memekik saat ada orang yang tidak sengaja menyentuh tangan kanannya.

"Pak. Bawa ke mobik saya Pak."

Alicia menangis merasakan sakit di tangannya. Ia tidak bisa berpikir apa-apa lagi. Ia hanya merasakan tubuhnya dibantu berdiri lalu ia dipapah beberapa orang dengan hati-hati.

Alicia terus menangis dalam mobil entah siapa itu.

"Alicia kan?"

Alicia menoleh saat mendengar namanya dipanggil. Matanya membulat melihat siapa yang duduk di kursi pengemudi.

"Maaf Alicia. Rumah sakit dikit lagi. Tahan sebentar." Alicia tidak bisa berpikir saat ia melihat kakak Radinka. Kak Albi duduk disana dengan raut wajah khawatir.

"Kak Albi?" Suara Alicia yang serak semakin membuat Albi merasa bersalah.

Ia sedang terburu-buru karena ada meeting penting perusahaan di restaurant ujung jalan sana. Saat ia akan menyalip mobil di depannya, tiba-tiba saja ada motor yang mengarah ke arah kiri. Sudah sekuat tenaga ia menginjak rem namun tabrakan itu tidak bisa ia hindari. Walau tidak kencang, namun motor itu tetap terpental.

Jantungnya masih berdetak kencang melihat motor itu sedikit terpental. Apalagi melihat perempuan yang seperti seusia adiknya ada di atas motor itu. Dan lebih parahnya, perempuan itu yang ia antar pergi ke sekolah pagi ini. Beruntung ia bisa mengendalikan kepanikannya.
Ia langsung meminta Alicia dimasukkan ke mobilnya dan untung ada mobil lain juga yang mau membantu membawa pengendara motornya ke rumah sakit.

"Ayoo." Ucap Albi saat menghentikan mobilnya di depan IGD. Albi keluar lalu memanggil perawat dari dalam. Tidak lama kemudian dua orang perawat muncul membawa kursi roda. Albi dengan hati-hati membantu Alicia turun dari mobilnya.

Alicia tidak bisa berhenti menangis saat kursi rodanya didorong masuk. Pertama kali dalam hidupnya ia terlibat kecelakaan.

Setelah Alicia masuk, Albi melihat pengendara motor yang ia tabrak tadi juga masuk ke dalam. Pengendara motor itu tidak sadarkan diri. Albi berharap semoga lukanya tidak terlalu parah.

"Mas. Saya balik duluan ya." Albi menatap tidak enak pada seorang pria paruh baya yang mau membantunya.

"Pak. Terimakasih banyak Pak." Ucap Albi. Ia merogoh sakunya namun ditahan oleh pria itu.

"Iya. Saya permisi Mas." Albi hanya terdiam ketika pria itu pergi. Ia teringat Papanya. Sepertinya pria itu seumuran dengan Papanya.

Ah, sepertinya ia harus memberitahu Papanya tentang ini. Bagaimanapun meeting itu seharusnya dihadiri oleh Papanya, namun karena ada urusan mendesak, Albi diminta menggantikannya.

"Kamu udah disana?" Albi mengusap pelipisnya pelan panggilan tersambung dan suara Aksa, Papanya terdengar.

"Pah. Aku ada masalah di jalan. Aku gak bisa ikut meeting."

"Apa?! Kamu! Cuma diminta tolong gitu aja! Kalau Papa bisa, Papa pergi sendiri! Tau gak kamu harga kontraknya berapa itu?!"

Albi menjauhkan ponselnya dari telinganya saat mendengar bentakan Aksa. Albi tahu meeting kali ini sangat penting namun tanggung jawab ia disini lebih penting.

INEFFABLE [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang