Alicia memilih pergi ke kantin daripada diam di kelas. Awas saja Mira. Lain kali akan ia beri pelajaran berharga.
"Ali. Sini. Sini" Panggil Jay pada Alicia begitu Alicia memasuki kantin. Alicia menurut jalan ke arahnya.
"Jadi, apa aja yang lo mimpiin Li?" Alicia menghela nafas. Mereka kan sudah janjian pulang sekolah. Kenapa Jay malah mulai membicarakannya? Kalau ada yang mendengar bagaimana?
"Gue gak sabar Li. Udah sekarang aja kita rapatnya. Mumpung bel masuk masih lama. Nih minum nih." Ucap Jay sambil menyodorkan sekotak susu coklat kepada Alicia. Alicia mengambilnya malas lalu meminumnya.
"Ini gara-gara gue semalem yah. Aduh sorry banget Li gue kalap semalem. Nih. Kompres." Ucap Jay saat melihat pergelangan tangan Alicia yang masih memerah. Jay dengan sigap meletakkan plastik esnya di lengan Alicia. Jay memang tidak kenal waktu kalau minum es. Mau pagi, siang, malam, gas terus.
Alicia mengernyit. Perubahan Jay ini drastis sekali. Sepertinya Jay sudah merenung semalaman sampai bisa berbuat baik begini dengan Alicia.
"Lo serem tau gak semalem." Komentar Alicia. Jay bergumam sambil menempelkan plastik esnya di lengan Alicia. Walaupun sepertinya tidak berguna tapi setidaknya ia mencoba bertanggung jawab.
"Gue beneran bingung banget. Setiap malem gue mimpi tentang Radinka. Kemarin, sebelum kejadian Fere, Gue mimpi Radinka kena pukul. Dan ternyata pas paginya, gak kejadian. Malah lo yang hampir diapa-apain Fere. Semalem juga. Gue mimpi gue lagi jalan sama anak-anak. Terus Radinka celaka. Bukan itu doang sebenernya. Radinka kena hukum juga gue mimpiin itu." Alicia berusaha menelaah. Itu berarti Jay hanya tahu kejadian yang esok akan terjadi. Jay tidak mengetahui keseluruhan cerita. Ada apa ini?
"Lo gitu juga?" Tanya Jay. Alicia berdehem sebentar lalu mengangguk.
"Iya. Makanya kemarin gue mau ikut kalian ngumpul di rumah Radinka." Jawab Alicia singkat.
"Kan! Ini pasti ada sesuatu yang gak beres. Lo mimpi apa semalem?" Alicia mengerjapkan matanya. Ia? Mimpi apa dirinya semalam?
"Gue gak mimpi apa-apa Li. Berarti gak akan ada kejadian aneh sama Radinka kan?" Serobot Jay langsung.
Alicia berpikir sejenak. Kejadian Radinka kecelakaan sudah tidak ada. Alicia tidak bisa mengingat hal apalagi yang akan terjadi. Setelah beberapa hari di dalam novel, ingatannya tentang plot novel agak kabur.
"Kayaknya sih gak ada. Kalau lo mimpi lagi, lo harus kasih tau gue oke?" Ucap Alicia. Jay mengangguk patuh.
Kali ini ia punya penunjuk arah. Yaitu Jay. Dengan begini ia bisa lebih baik lagi mencegah nasib-nasib buruk Radinka.
"Jay. Soal ini jangan kasih tau siapa-siapa dulu." Ucap Alicia. Jay kembali mengangguk.
Ternyata Jay kalau sudah jinak enak dilihat. Mungkin Alicia akan mempertimbangkan untuk merubah nasib Jay juga. Tapi sebelum itu fokusnya adalah Radinka.
"Udah akur ceritanya sama Jay." Alicia terlonjak mendengar suara tiba-tiba disampingnya.
"Ngagetin banget sih." Omel Alicia pada Evan yang seenaknya muncul tanpa tanda-tanda.
"Kok bisa akur gitu? Semalem ada apa? Lo berdua kan sama-sama keluar tuh."
"Gak ada apa-apa. Biasa aja. Si Jay lagi dapet hidayah makanya baik sama gue." Jawab Alicia asal. Evan malah tertawa. Ia lalu seenaknya meletakkan tangannya itu dipundak Alicia.
"Gue seneng sih liat lo sama Jay akur." Alicia mendengus. Entah kenapa sosok bijak Evan dalam cerita malah terlihat annoying dimata Alicia saat ini. Sifat Evan berubahkah?

KAMU SEDANG MEMBACA
INEFFABLE [COMPLETED]
Teen FictionMULAI REVISI PELAN-PELAN ************* Alicia menyukai semua bacaan fiksi. Mulai dari novel sampai komik. Menyukai semua genre mulai dari horror sampai romantis. Yang paling ia suka adalah fiksi remaja. Di umurnya ke 18 ini ia memang sedang mendamba...