7

33.4K 4.4K 205
                                    

Author PoV

Evan keluar setelah menyelesaikan ritual dadakannya. Ia melihat Alicia yang sedang memperhatikan koridor. Entah apa yang dicari Alicia. Evan yakin itu sesuatu yang tidak terpikirkan olehnya.

"Lo ngapain lagi sekarang?" Tanya Evan membuat Alicia terlonjak.

Alicia memegang dadanya untuk menenangkan jantungnya. Ia sedang mencoba melihat Radinka dan Bara. Tapi tentu saja tidak kelihatan karena jarak yang terlalu jauh.

"Evan. Itu Radinka bukan?" Tanya Alicia dengan tubuhnya yang masih bersembunyi di balik dinding.

Evan tanpa sadar ikut menyembunyikan tubuhnya. Matanya juga ikut melihat ke arah yang di maksud Alicia.

"Iya. Itu si Dinka. Kenapa emang?" Alicia menyipitkan matanya untuk melihat lebih jelas lagi.

"Van. Mukanya berseri-seri gak?"

Evan tertawa. Alicia benar-benar unik. Tidak bisa diprediksi. Untuk apa menanyakan raut Radinka? Dan bagaimana pula wajah berseri-seri itu?

"Lo kok ketawa sih. Gimana mukanya? Mata gue minus nih. Gak keliatan." Protes Alicia.

"Mukanya Dinka yah. Eum... mukanya..."

Evan mencoba menganalisa. Ia fokuskan pandangannya pada Radinka membuat Alicia penasaran apa yang dilihat mata Evan.

"Gimana?" Tanya Alicia langsung saat mata Evan beralih padanya.

"Haha itu eum... biasa aja."

Evan menjawab sambil sedikit mundur. Jaraknya dan Alicia lumayan dekat tadi. Kalau ada orang lihat pasti salah paham. Kalau salah paham, akan ada masalah bukan?

"Emang belum saatnya berseri-seri kayaknya." Gumam Alicia pelan. Evan bahkan tidak bisa mendengarnya.

"Gue mau balik ke kelas dulu deh. Dah Evan. Thanks yah."

Alicia langsung saja pergi. Kerutan di kening Evan terbentuk.

"Dia narik gue tadi nyuruh gue pipis doang?" Gumamnya lalu tertawa. Evan tidak mengerti kenapa ia baru mengenal Alicia sekarang. Kalau sejak kelas 10 akan lebih asik bukan?

*****

Alicia berjalan gontai ke kelasnya. Ia merebahkan kepalanya di meja. Kenapa rasanya lelah sekali? Baru 1 hari setengah ia ada dalam novel. Tapi otaknya seperti habis menyelesaikan semua buku soal milik Flo.

Ah, ngomong-ngomong soal Flo. Alicia jadi merindukan Flo. Apa dirinya hilang disana? Bagaimana reaksi Flo kalau tau ia menghilang?

"Lo kenapa?" Mira bertanya karena tidak tega melihat wajah Alicia yang agak muram.

"Gue sedih banget Mir. Gue kangen banget." Mira menepuk pundak Alicia.

"Kangen siapa? Ortu? Saudara? Temen?" Tanya Mira.

Alicia semakin sedih mendengar pertanyaan Mira. Orang tuanya. Apa reaksi mereka saat tau Alicia hilang? Alicia yakin mereka tidak akan terkejut. Atau bahkan tidak akan tahu? Mereka terlalu sibuk dengan urusan masing-masing. Sepertinya Alicia tidak terlahir untuk mendapat kasih sayang orang tua. Dalam novel pun orang tuanya tidak pernah terlihat.

"Gue punya berita!!! Gue liat Bara sama Radinka berduaan di kantin!!!" Teriakan seseorang itu membuat semua kepala menoleh.

Alicia yakin itu Ferdoz. Ketua majalah sekolah. Gudang dari segala macam gosip sekolah. Dunia ini benar-benar novel. Kalau di sekolahnya mana boleh orang seperti Ferdoz ini beroperasi.

"Ferdoz bawa berita lagi tuh." Ucap Mira. Tapi Alicia tidak perduli. Ia terlanjur tidak mood. Ia bersama Mira yang katanya teman dekatnya disini. Tapi ia merasa agak kosong tanpa Flo.

INEFFABLE [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang