2. TETANGGA GANTENG
"Mamaaa!!" Laura memasuki rumahnya dengan terburu-buru, melesat cepat menuju dapur untuk mencari ibunya.
"Bi, mama dimana?" tanya Laura pada Bi Galuh ketika tidak mendapati sang ibu di dapurnya.
"Ibu lagi di taman belakang, mba, lagi nyiram taneman." Bi Galuh memberitahu.
Tak menunggu lama lagi, Laura segera berjalan menuju taman belakang yang dikatakan bi Galuh, mama sedang menyiram tanaman kesayangannya.
"Mama!" Kinanti- mama Laura segera menoleh kala sang anak memanggilnya. Laura berjalan menghampiri Kinanti dengan ceria seperti biasanya.
"Ada apa, Sayang? Kenapa teriak-teriak?" tanya Kinanti bingung, tapi tangannya masih setia menyiram tanaman serta mencabuti ketika ada daun yang kering.
"Ma, rumah sebelah kita udah ada yang nempati ya?" tanya Laura penasaran.
Kinanti mengangguk membenarkan, "Iya, tadi malam barusan pindah," balas Kinanti. Laura berjingkrak kegirangan, melompat-lompat bak anak kecil membuat Kinanti heran.
"Kamu kenapa?"
"Eh?" Laura tersenyum malu-malu, gadis itu menggaruk bagian belakang kepalanya, kemudian berlari menuju kamarnya tanpa menjawab pertanyaan Kinanti.
"Anak sapa dah tu, aneh bener." Kinanti bergumam sambil geleng-geleng kepala.
Setibanya di kamar, Laura langsung merebahkan dirinya di kasur, dengan cepat cewek itu merogoh hp nya di saku, dan melakukan video call dengan Chelsea serta Monica.
"Guyss," sapa Laura antusias.
"Biasanya kalo kek gini nih, ada berita baik ya, Ra?" Monica menebak yang disetujui oleh Chelsea.
"Iya, biasanya, kan lo lewat chat doang. Beda kalo benar-benar genting," sambung Chelsea dari seberang sana.
"Ssttt, iya ini beda! Karena ini super duper mega spesial, dan lo pada gak bakalan nyangka, sih," kata Laura membuat dua temannya penasaran dari balik telepon.
"Ada apa sih, Laura, ni anak pengen gue sepak deh, ngasih info setengah-setengah!" Chelsea berseru jengkel.
Laura tertawa terbahak-bahak, teman-temannya sungguh penasaran.
"So, jadi yang di sebelah rumah gue beneran rumah Elgar dong!! Dan keluarganya baru pindah tadi malam."
"Bohong pantat lo kelap-kelip?"
"Iya, jrot, gue serius!"
"Dan, kesempatan gue untuk lebih deket sama Elgar semakin banyak, dong, secara, kan, tiap hari bisa ketemu, hehe."
"Bener, lo juga bisa pendekatan tuh sama dia," Chelsea nimbrung.
"Bener tuh."
"Laura, bukain pintu sayang, ada tamu tuh," teriak Kinanti dari taman belakang rumah, memanggil anaknya agar Laura membukakan pintu yang diketuk dari depan.
"IYA, MAH."
"Udah dulu ya guys, nyokap gue manggil, ntar kita sambung lagi bicaranya, byeee!"
Laura mematikan sambungan telepon kemudian menuruni tangga untuk sampai di lantai 1. Terdengar pintu yang diketuk membuat gadis itu membukanya.
Ceklek..
Laura mengernyitkan dahinya bingung seraya menatap wanita paruh baya di depannya ini, ya kira-kira seumuran Kinanti lah.
Gadis itu juga menatap penampilan dia dari atas sampai bawah, tatapannya berhenti kala melihat sepiring bronis yang ditata rapi menggiurkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
FORTE [COMPLETED]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Di mata orang, Laura emang terlihat sempurna. Dia cantik, putih, langsing, kaya raya, dan punya segalanya, sehingga dijuluki Queen di sekolah. Namun siapa yang tau? Laura hanya gadis yatim yang tengah memperjuangkan penyakit...