31. JOGING SORE HARI
"Perfect!" Laura tersenyum cerah saat rambut panjangnya terikat satu dengan sempurna. Gadis itu berjalan mengambil botol minum dan juga kain. Rencananya, sore ini Laura akan melakukan kegiatan joging keliling komplek, sudah lama sekali gadis itu tidak berolahraga.
Sambil menuruni tangga, Laura mengantongkan selembar uang seratus ribuan untuk berjaga-jaga dan juga handphone. Ia tau uang itu tidak akan terpakai nantinya, tapi Laura adalah tipe cewek yang harus membawa uang kemana pun, dan yang paling penting, barang berharganya, handphone.
Laura menghirup udara cerah sore hari, gadis itu menatap kesana kemari. Untungnya tak banyak tetangga berseliweran apalagi berkumpul yang biasanya membicarakan gosip tetangga lainnya. Meskipun Laura tinggal di komplek yang elit, itu tidak menghilangkan fakta bahwa ibu-ibu di sana juga suka menggosip.
Baru saja Laura ingin melangkah, tiba-tiba netranya menangkap Elgar yang sedang duduk di depan rumah sambil memainkan hpnya. Laura berlari kecil, menghampiri Elgar.
"Lo kemaren kenapa gak ada di kelas, Gar?"
Elgar mendengkus malas, ia meletakkan hpnya di atas meja, seraya mendongak ke atas menatap Laura.
"Gue nganter Citra pulang."
"Harus banget, ya lo nganterin dia pulang? Pingsan doang aelah, lebay amat."
Elgar mengeram, menatap Laura dengan tajam. "Lo jangan pernah lupa, lo juga pernah hampir pingsan dan gue bawa pulang ke rumah lo."
"Ya kan gue gak minta dianterin lo tuh, lo aja yang repot-repot nganterin gue. Salah lo dong, bukan salah gue."
"Lo--"
"Apa? Gue bingung deh, kenapa, sih lo tuh gak bisa fokus gitu sama gue? Kemaren pas di pasar malam lo baik-baikin gue, bikin gue baper, bikin gue salting. Eh, sekarang makan ati lagi gue gara-gara lo."
"Coba deh, ya, jadi cowok tu yang tegas dikit kek, kalo lo suka sama si A ya udah, jangan baperin cewek lain. Lo itu sebenarnya suka sama gue, Gar, dan gue tau itu. Lo gak kasihan sama si cupu siluman bekicot? Lo php in mulu?"
"Siapa yang suka sama lo?" ujar Elgar tiba-tiba.
"Ya lo lah."
"Gak pernah. Gue gak pernah suka sama lo!"
Laura tiba-tiba terdiam, memegang jantungnya yang berdetak lebih cepat. Ucapan Elgar begitu menyakitinya. Apa Elgar sadar dengan ucapannya barusan?
"Tau gak sih, Gar. Omongan lo barusan, bikin gue sakit hati banget--"
"Oh ya, gue lupa. Lo kan gak punya hati," ujar Laura menatap Elgar yang justru malah terlihat santai.
"Laura, maen yokkk." Seseorang baru saja tiba di rumah Laura kemudian menggedor-gedor pintu cewek itu.
Laura sedikit mengintip dari rumah Elgar, lalu tersenyum cerah. "Woi bang Aydan! Gue di sini!" ucapnya cukup keras, sehingga Aydan langsung mengalihkan pandangannya ke arah rumah sebelah.
"Lah, ngapain lu disitu? Lupa alamat rumah?"
Laura menggeleng, tanpa berpamitan dengan Elgar yang masih duduk di depan rumah, Laura segera menghampiri Aydan.
"Gue cuma mampir bentar ke sebelah," balas Laura membuat Aydan mengangguk mengerti.
"Ya udah, ayo jalan," ajak Aydan, merangkul bahu Laura, kemudian keduanya pergi dari sana dengan akrab.
Laura dan Aydan emang sudah akrab dari kecil, perbedaan umur yang terpaut 3 tahun nyatanya tidak membuat pertemanan mereka canggung. Aydan yang bersikap dewasa, dan Laura yang mencairkan suasana. Keduanya begitu komplit dan saling melengkapi.
KAMU SEDANG MEMBACA
FORTE [COMPLETED]
Fiksi Remaja[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Di mata orang, Laura emang terlihat sempurna. Dia cantik, putih, langsing, kaya raya, dan punya segalanya, sehingga dijuluki Queen di sekolah. Namun siapa yang tau? Laura hanya gadis yatim yang tengah memperjuangkan penyakit...