50. JANJI LAURA
Di dalam taksi hitam, Laura termenung sembari menatap jalan raya yang dipenuhi pengendara. Matanya terlihat sembab, bibirnya pucat sekali. Sopir taksi beberapa melirik Laura dari cermin di depannya.
"Mau saya bawa ke rumah sakit, Kak?" tawar bapak sopir tersebut.
Dengan wajahnya yang pucat, Laura tersenyum lantas menggeleng. "Anter saya pulang aja, Pak. Terima kasih."
"Iya, Kak. Kalo kakak ada ngerasain sakit kasih tau saya ya, Kak. Muka kakak pucet banget."
"Iya, Pak. Saya nggak apa-apa, kok." Lagi-lagi Laura tersenyum. Senyum itu. Senyum penuh kesedihan.
Wajahnya kembali mematap jalanan yang ramai, gadis itu lagi-lagi terisak. Air mata lolos jatuh ke pipinya. Matanya terpejam, membiarkan banyaknya air mata kembali merusak makeup nya. Hatinya terasa sakit tak terbilang. Marah, kecewa, sakit, bahkan benci.
Dia benci bagaimana Elgar mengasihaninya. Dia juga benci bagaimana Laura telah dibohongi selama ini.
Elgar hanya kasihan kepadanya.
Laura benci bagaimana dia mengetahui fakta bahwa dia adalah orang yang sangat menyedihkan, orang yang sangat rapuh, dan gampang dibodohi. Dan dia juga benci fakta bahwa dia adalah perusak kebahagiaan orang lain.
Iya, dia menyesal.
Dia menyesal atas segalanya.
Bisakah dia mendapatkan maaf dari orang-orang yang ia sakiti hatinya? Mengingat itu, Laura justru semakin terisak. Mungkin banyak orang tidak mengharapkan kehadiran gadis itu. Ya, itu pasti.
Maaf..
Batinnya berteriak berulang kali mengucapkan kata maaf. Melihat bagaimana Elgar yang sama sekali tidak bisa melupakan Citra, dan bagaimana Laura yang tidak bisa memikat lelaki itu. Bukannya menyerah, Laura justru memperburuk keadaan. Dia menyakiti banyak orang demi kebahagiannya sendiri.
Sungguh, Laura ingin berlutut meminta maaf. Maaf karena perempuan penyakitan ini menuntut banyak kebahagiaan.
"Kak." Dari kursi pengemudi, bapak sopir memberikan dua lembar tisu yang langsung Laura terima.
"Terima kasih, Pak."
"Saya yang berterima kasih sama kakak karena udah naik taksi saya hari ini. Terima kasih ya, Kak. Hari ini sepi sekali yang naik taksi bapak, sementara anak di rumah butuh biaya untuk sekolah."
Laura tertegun. Dia menyadari bahwa, keberadaannya masih diharapkan orang lain. Gadis itu tersenyum tipis. Tak lama taksi tersebut berhenti tepat di titik tujuan.
Sebelum turun, Laura menyerahkan sejumlah uang yang langsung diterima antusias oleh bapak sopir. Bapak sopir berseru, "Kak, ini lebihnya banyak banget, bisa berkali-kali kakak naik taksi bapak."
"Iya gak apa-apa, Pak. Itu rezeki untuk anak bapak."
"Alhamdulillah, terima kasih ya, kak. Semoga apapun masalah kakak, bisa terselesaikan dengan baik ya."
"Iya sama-sama, pak, terima kasih juga doanya." Laura membalas kalem, lantas turun dari taksi dan segera mendekati pintu rumah. Gadis itu menarik napasnya dalam-dalam, kemudian menampilkan wajah ceria yang siapapun pasti percaya dia tengah bahagia sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
FORTE [COMPLETED]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Di mata orang, Laura emang terlihat sempurna. Dia cantik, putih, langsing, kaya raya, dan punya segalanya, sehingga dijuluki Queen di sekolah. Namun siapa yang tau? Laura hanya gadis yatim yang tengah memperjuangkan penyakit...