52. SELAMAT JALAN 🕊️
Jenazah Laura baru saja tiba di rumah menggunakan ambulan dengan sirine yang terus menyala. Alvan turun terlebih dahulu, lantas laki-laki itu membantu Kinanti untuk menuruni ambulan.
Petugas menurunkan brangkar yang sudah ditutupi kain putih bersama Laura di atasnya. Kain putih itu, kembali membuat Kinanti menangis histeris. Perasaannya sakit, pilu, sesak, bahkan Kinanti tak dapat menopang tubuhnya sendiri. Wanita itu terjatuh, tak sadarkan diri. Elgar dan Alvan gesit membawa tubuh Kinanti ke dalam rumah.
Semua orang berkumpul di kediaman Laura. Bendera kuning yang melambangkan kesedihan sudah terpasang di depan rumah tersebut. Warga perumahan berdatangan, ikut mengucap belasungkawa. Jenazah Laura dibaringkan di ruang tamu.
Chelsea dan Monica sama-sama menatap tubuh Laura yang ditutupi kain putih dengan kaku dan tatapan kosong. Mata mereka tampak sembab dengan air mata yang tak berhenti mengalir membasahi pipinya. Rumah itu dipenuhi dengan isak tangis dari orang-orang terkasih.
Ini bagai mimpi bagi keduanya. Pagi tadi, mereka masih berbincang dengan Laura seperti biasanya, mereka bahkan masih memperdebatkan hal yang sepele. Mereka juga masih memiliki rencana untuk bermain kartu yang seharusnya mereka mainkan saat ini.
Ya saat ini.
Saat yang harusnya menyenangkan sekejap berubah menjadi momen yang paling menyedihkan. Bagaimana mungkin kartu yang seharusnya mereka mainkan bertiga setiap berada di sekolah, di rumah, menjadi kartu yang dimainkan dua orang untuk seterusnya?
Membayangkannya membuat hati Chelsea meraung tak terima. Chelsea mendekat, memeluk tubuh kaku Laura dengan erat. "Ra, bangun, jangan tinggalin gue ... plis, ini gak lucu, candaan lo gak lucu, Ra! Lo cuma tidur kan? Lo bakal bangun lagi, kan? Kita belum main kartu, Ra."
Monica terisak kencang, ia memeluk tubuh Chelsea untuk menguatkan gadis itu. "Laura udah enggak sakit lagi sekarang, Chel."
"Mon, lo inget kan kalo kita bertiga punya mimpi? Kita bakal masuk universitas yang sama, terus kita bakal raih mimpi kita sama-sama. Lo juga inget kan, kita punya impian untuk buat anak-anak kita sahabatan juga? Tapi kenapa sekarang Laura ingkar, Mon? Dia malah pergi lebih dulu? Dia gak nepatin janji. Dia yang punya ide itu, dia yang paling semangat setiap ngebahas itu. Tapi kenapa dia duluan yang dipanggil, Mon? Laura belum bahagia, perjalanannya masih panjang, gue masih pengen temenan sama Laura lebih lama. Lo juga, kan? Laura udah gue anggap kayak saudara sendiri, Mon."
"Gue gak bisa dapet kebahagiaan gue di rumah, rumah Laura tempat gantinya. Setiap kita ada masalah, Laura selalu buka dirinya untuk kita, Laura baik banget, Monica."
"Di rumah sakit semalem, dia udah janji sama kita untuk enggak nyerah. Dia janji untuk selalu kuat, dia janji kita bakal main sama-sama. Lo inget kan, Mon? Elgar juga ada di sana." Perlahan perhatian Chelsea beralih pada Elgar yang tampak bergeming dengan kepala tertunduk dalam. Laki-laki itu duduk di pojok dengan lutut dan siku yang menopang kepalanya. Bahu Elgar bergetar, rambutnya berantakan. Cowok itu terisak dalam hening.
"Kita bahkan gak sempet ngucap selamat tinggal ke dia, Mon ..."
"Ra, kalo lo pergi, gue gak bisa bayangin seterpuruk apa tante Kinanti tanpa lo, siapa yang bakal jagain Tante Kinanti setiap saat kalo bukan lo? Siapa juga yang bakal ngingetin makan tante Kinanti kalo bukan lo? Lo kesayangan kita-kita, Ra, rasanya mustahil banget ya untuk minta lo kembali ..."
Tangisan Monica semakin pecah mendengar kalimat Chelsea, gadis itu menutup mulutnya, menangis tanpa suara. Rasanya sakit sekali mengingat mimpi-mimpi mereka yang belum tercapai. Laura berperan banyak dalam pertemanan mereka. Gadis itu sangat periang, candaan-candaannya begitu menghibur bagi keduanya. Celetukannya yang ngasal bikin semua tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
FORTE [COMPLETED]
Ficção Adolescente[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Di mata orang, Laura emang terlihat sempurna. Dia cantik, putih, langsing, kaya raya, dan punya segalanya, sehingga dijuluki Queen di sekolah. Namun siapa yang tau? Laura hanya gadis yatim yang tengah memperjuangkan penyakit...