33 - Salah Tingkah

378 37 10
                                    

33. SALAH TINGKAH

"Laura sayang, sini dulu deh," ujar Kinanti dari ruang tengah, memanggil Laura yang sedang mengerjakan tugas di kamarnya.

Laura yang mendengar panggilan Kinanti langsung berjalan menemui mamanya itu. "Ada ape mami," tanya Laura, lalu ia mendudukkan dirinya di samping Kinanti.

Kinanti menyodorkan handphonenya, memperlihatkan model-model baju yang begitu cantik dan juga mewah.

"Kamu suka model yang mana? Ini semua produk-produk yang baru diimpor ke butik mama."

Laura mengeryitkan dahinya heran seraya mengambil alih handphone mamanya itu dan mengecek baju-baju tersebut.

"Ngapain aku suruh milih, ma? Buat apaan emangnya?"

"Buat kamu pake di acara pernikahan mama sama mas Rama."

"HAH?!" teriak Laura kaget, refleks Kinanti menutup kedua telinganya yang berdengung akibat teriakan Laura yang begitu mendadak.

"Nikah? Kok,"

"Nikah yang kata orang-orang 'sah-sah' itu?" Kinanti mengangguk.

Laura termenung. "Cepet banget."

Kinanti menjadi tak enak hati, meskipun ia tau Laura merestui hubungannya dengan Rama, bukan berarti anaknya itu bisa langsung suka dengan Rama maupun keluarganya.

Melihat raut wajah yang redup dari mamanya, Laura berusaha tersenyum. Lalu, gadis itu menunjuk salah satu gaun yang begitu cantik disana.

"Aku mau yang ini aja, ma," ujarnya antusias, berusaha menghibur Kinanti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku mau yang ini aja, ma," ujarnya antusias, berusaha menghibur Kinanti.

Kinanti mengangguk senang, mengelus kepala sang putri dengan sayang. "Pilihan kamu bagus, pasti nanti kamu disana jadi gadis paling cantik. Anaknya mama."

"Mama bisa aja." Laura menunduk malu.

"Oh iya ma," ucap Laura tiba-tiba, membuat Kinanti menaikkan kedua alisnya. "Kenapa, sayang?"

"Besok sehabis check up dari rumah sakit, aku mau ke makam papa, ya, ma, sekalian aku mau minta maaf, karena aku bakalan punya papa baru, aku ngerasa bersalah sama papa," ujarnya dengan senyum getir.

"Laura.." lirih Kinanti dengan mata yang memanas. Wanita itu mendekat, memeluk anaknya seraya mengelus punggung sang putri dengan lembut.

Kinanti mengusap air matanya, melepaskan pelukan keduanya kemudian menatap Laura dengan teduh. "Besok sama mama ya, nak, ke makamnya, mama juga rindu papa."

Laura mengangguk singkat, meskipun sulit, hidup mereka tidak bisa terpaku di situ-situ saja, banyak hal yang akan ia jalani. Mamanya harus bahagia, setidaknya sebelum hal-hal buruk yang tidak terduga terjadi, papa sambungnya nanti bisa terus menjaga Kinanti hingga hari tuanya. Iya, semoga.

FORTE [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang