47. GALAU
Pagi harinya, semua tampak seperti biasa. Laura menyendok suapan terakhir nasi goreng yang dibuat oleh Kinanti. Rasa yang sangat Laura sukai. Kinanti memang pandai memasak, siapa pun pasti menyukai masakannya.
"Ma, aku pergi, ya!" Laura berseru lumayan keras agar Kinanti yang berada di dapur dapat mendengar. Gadis itu sekali lagi meneguk segelas susu coklat.
"IYA, HATI-HATI! Obat jangan lupa di bawa sama diminum ya, Ra!" Kinanti membalas dari belakang.
"Siapp!!"
Setelah membalas, Laura langsung menenteng tasnya untuk keluar rumah, tak lupa pintu rumahnya ia tutup kembali.
Laura berdiri di depan pagar, mencuri pandang dengan rumah di sampingnya.
Melihat Elgar juga baru keluar rumah, Laura cepat-cepat mengalihkan pandangannya dan sok sibuk dengan handphone. Ia seolah-olah tak menunggu Elgar padahal dirinya tak sabar untuk berangkat bareng Elgar.
Elgar memanaskan motornya lebih dulu lalu ia tinggal lagi ke dalam untuk mengambil tas dan menggunakan sepatu. Setelah selesai, Elgar keluar rumah, melirik Laura yang sibuk dengan hpnya. Elgar tau, jadi, laki-laki itu memperlambat gerakannya.
"Elgar lama banget, deh!" Laura berdecak kesal seraya mengelap sedikit keringat yang ada di pelipisnya, karena lama berdiri di tempat ini.
Gadis itu dapat menghembuskan napas lega saat melihat motor Elgar berhenti tepat di depannya.
"Kamu lama banget, sih. Mana gerah aku di sini ih."
"Nungguin aku?"
Laura melotot, menoleh ke arah lain. "Mana ada ge-er. Tapi emang kamu lama banget, biasanya jemput gak selama ini, kayak rumah di ujung kulon aja."
"Maaf." Elgar bertutur. "Nih, pake helmnya." Elgar menyerahkan salah satu helmnya yang langsung diterima oleh Laura.
"Tumben banget kamu ngasih aku helm. Dulu enggak gitu. Udah tobat ya, yang?" Laura cekikikan.
"Untuk keamanan aja, Laura. Kita gak tau kalo ada kejadian, amit-amit."
Laura manggut-manggut masih dengan sisa tawanya. "Baiklah, sayang. Akan ku turuti kemauan pacar tersayangku ini." Laura langsung mengenakan helm yang diberikan Elgar. Gadis itu naik ke motor Elgar yang tinggi lalu melingkarkan kedua tangannya di perut cowok itu.
Setelahnya, motor Elgar langsung melaju meninggalkan halaman rumah Laura.
****
"Ulang tahun SMA Rajawali ke 45, besok malam." Citra membaca pengumungan yang tertera di mading sekolahnya. Mukanya langsung murung membuat Dara di sebelahnya menatap bingung.
"Woi. Kenapa lo? Kayak gak seneng gitu?"
Citra menggeleng kemudian tersenyum.
"Aku seneng kok, Dar. Tapi, kayaknya aku gak bisa ikut besok malam."
"Loh, kenapa?" Dara heran.
"Kamu baca, deh ..." Citra menunjuk mading yang berisi mengenai acara besok. "Tema busananya untuk yang perempuan tea length dress. Itu aja aku gak tau apa, Dar." Citra menunduk lesu.
"Ya itu semacam dress gitu lah, Cit. Terus masalah lo di mana?" tanya Dara.
"Aku gak punya bajunya."
Dara menepuk jidatnya. Dia pikir kenapa.
"Kalo itu sih, lo sans aja. Gue ada di rumah, bokap sering beliin gue dress dress gitu, tapi gak pernah gue pake. Ya lo tau lah model pakaian gue gimana. Jadi dress nya numpuk di lemari." Dara bertutur santai, seolah masalah Citra tak usah di pusingkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
FORTE [COMPLETED]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Di mata orang, Laura emang terlihat sempurna. Dia cantik, putih, langsing, kaya raya, dan punya segalanya, sehingga dijuluki Queen di sekolah. Namun siapa yang tau? Laura hanya gadis yatim yang tengah memperjuangkan penyakit...