6 - Hukuman

405 27 1
                                    

6. HUKUMAN

"Huaaa!!" Chelsea memekik kala melihat satu jerawat tumbuh di atas jidatnya tidak terlalu besar, bahkan bisa dibilang hanya seperti noda.

"Guyss, gimana nih, gue jerawatan ngeri banget. Fix, pokoknya abis pulang sekolah, gue harus ngilangin nih jerawat! Gue harus nemuin dokter Binar untuk mengatasi masalah berat ini!" Chelsea kelimpungan, gadis itu bercermin sesekali memegang jerawat 'pertamanya'.

"Hadehh, lebay banget deh lo, jerawat kayak bisulan aja," celetuk Laura membuat Chelsea cemberut.

"Laura, wajar dong kalo Chelsea itu panik. Sebelum makin banyak, ya harus diilangin. Emang lo mau, Chelsea jadi kayak bentuk si cupu Citra? Gue mah ogah kawanan sama gembel," ujar Monica.

"Haaaa Moni, kok lo bilangnya gitu sih, amit-amit banget kalo sampe muka gue penuh jerawat kayak si cupu. Mau ditaruh mana muka gue." Chelsea bergedik ngeri karena ucapan Monica.

"Pindahin aja noh jerawat lo ke pantat!" ngegas Laura.

Saat asik-asiknya mereka bercanda, tiba-tiba seorang guru bk menghampiri mereka semua. Laura, Chelsea, dan Monica mengernyitkan dahinya bingung ketika bu Desi malah menghampiri mereka bertiga.

"Laura, Chelsea, Monica, ikut ibu ke ruang bk," ujar bu Desi sebagai guru bk.

Laura dan kedua temannya sama-sama menatap satu sama lain. Kenapa mereka bertiga dipanggil?

Akhirnya, mereka berdiri dan mengikuti bu Desi dari belakang menuju ruangan bk.

Dari tempat duduknya, Elgar menatap mereka semua dengan datar. Karena sebenarnya, Elgar yang melakukan ini.

****

"Ibu mendapatkan laporan, kalau kalian bertiga kemarin membully Citra di toilet. Itu benar?"

Laura terdiam, gadis itu menunduk sambil memainkan jari-jarinya, sedangkan Chelsea dan Monica, keduanya sama-sama panik. Padahal kemarin mereka sudah memastikan tidak ada yang melihat aksi Laura memberi Citra pelajaran, tapi kenapa bisa sampai ke telinga guru bk?

"Ibu hanya ingin meminta kejujuran sama kalian."

Laura mendongak kemudian mengangguk pelan.

"Itu benar, Bu."

Chelsea dan Monica berpandangan satu sama lain lalu mengalihkan pandangannya pada Laura yang malah jujur dengan masalah ini.

Bu Desi menggeleng-gelengkan kepalanya tak habis pikir, "Kamu tau Laura, dengan perbuatan kamu, kita gak tau apa Citra rasain, perbuatan bullying itu bukan hal sepele, dan bukan hal yang main-main."

Lagi-lagi Laura mengangguk, "Saya tau, bu."

"Permisi," ujar seorang siswi memasuki ruang bk. Dia di sini karena dapat panggilan dari bu Desi juga, jika kalian ingin tau siapa orang tersebut, dia adalah Citra.

Citra berdiri di samping bu Desi, menunduk hormat, kemudian menatap beberapa perempuan yang sedang di sidang di depan bu Desi.

"Ibu mau, kamu Laura, minta maaf sama Citra sekarang juga," kata bu Desi seketika Laura melotot dan menggeleng cepat.

"Gak mau bu, yakali."

FORTE [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang