45. TERLUKA
Kini, Elgar dan Laura resmi berpacaran. Satu sekolah sudah tau, bahkan kedua sejoli itu menjadi tranding topic di sekolah.
Sudah 3 hari semenjak mereka berdua menjalin hubungan. Keduanya semakin lengket. Laura sedikit pun tak memberi jarak untuk Elgar.
"Waduh ... Ini pasangan dua, nempel terus kayak upil," celetuk Chelsea yang datang bersama Monica. Kedua gadis itu geleng-geleng kepala melihat Laura. Selama Laura menjalin hubungan dengan beberapa cowok, baru kali ini gadis itu begitu posesif, tak ingin jauh dari Elgar.
Elgar sendiri tak permasalahkan itu, selagi Laura tak menuntut macam-macam.
"Apaan dah lo berdua, datang-datang bacot amat. Pergi-pergi sana, huss." Laura mengusir kedua temannya layaknya mengusir kucing.
Monica dan Chelsea tersenyum sinis lalu duduk di bangku mereka masing-masing.
"Kamu udah sarapan, Gar?" tanya Laura lembut, menatap Elgar dengan pandangan teduh. Elgar menggeleng tanda belum sarapan.
Laura melebarkan matanya, panik. "Ya ampun Elgar, nanti kamu kurus gimana kalo gak makan? Udah kamu tunggu sini bentar."
Laura tergesa-gesa menuju tempat duduknya, membuka tas dan mengeluarkan sebuah bekal dan ia bawa ke tempat Elgar.
"Untung ya aku bawa roti. Aku tau, kamu itu jarang banget sarapan. Nih, Aaaa." Baru saja Laura ingin menyuapi Elgar, tapi laki-laki itu lebih dulu menahannya.
"Aku bisa sendiri, Laura." Laura menggeleng, "Enggak. Biar aku yang nyuapin. Buka mulut kamu, Aaa."
Elgar menurut, ia membuka mulutnya. Laura menyuapi Elgar dengan perlahan, memasukkan roti panggang itu ke mulut Elgar.
"Gimana? Enak, gak?"
Elgar mengunyah roti itu perlahan. Ia tak dapat menyembunyikan ekspresi wajahnya yang memucat. Pait sekali.
"Agak pait." Elgar berkata jujur.
Laura tertawa. "HAHAHA, emang iya, aku sengaja gosongin."
"Hah? Kenapa?" Elgar terkejut. Apa yang ada dipikiran Laura untuk menggosongkan roti panggang itu.
"Sebenernya roti ini tadi mau aku kasih ke Alvan, biar dia marah. Tapi tau kamu belum sarapan, jadinya aku kasih aja deh ke kamu." Laura menunduk.
"Laura ..." Elgar tak habis pikir. Bisa-bisanya Laura ini!
"Maaf ya. Nih kamu minum supaya paitnya gak terlalu lagi. Yang penting kamu kenyang, kan?"
Elgar meneguk air mineral dalam botol yang diberikan Laura hingga tandas. Perutnya terasa kembung, namun, ini demi rasa pait itu tak nyangkut lagi di tenggorokan.
Tak lama setelah itu bu Siska masuk ke kelas. Laura terburu-buru kembali ke kursinya. Pelajaran pertama siap dimulai.
****
Citra melamun di kursinya. Ia tak fokus pada pelajaran yang sedang diterangkan pak Husen sekarang. Pikirannya melayang entah kemana. Sudah 3 hari ini gadis itu seperti tak bernyawa. Ia berbicara seadanya, tak pernah keluar kelas, bahkan sesekali menangis tanpa suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
FORTE [COMPLETED]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Di mata orang, Laura emang terlihat sempurna. Dia cantik, putih, langsing, kaya raya, dan punya segalanya, sehingga dijuluki Queen di sekolah. Namun siapa yang tau? Laura hanya gadis yatim yang tengah memperjuangkan penyakit...