42. KETAKUTAN DAVE
Malam minggu seperti ini, memang paling asik jika berkumpul dengan teman-teman seperjuangan. Seperti Laura sekarang yang lebih memilih, tepatnya terpaksa menghabiskan malamnya bersama kedua temannya, siapa lagi kalo bukan Chelsea dan Monica.
Mereka sekarang sedang berada di kafe baru Alvan yang dibangun beberapa minggu lalu. Ini kali pertama Laura mengunjungi kafe Alvan. Kesan pertama yang ia rasakan adalah, nyaman. Ya nyaman, apalagi kafe ini di desain untuk remaja kebanyakan, jadi yang datang rata-rata remaja seumuran mereka, bahkan untuk nugas pun bisa.
"Kenapa kita ke sini, sih? Harusnya kan kita ke club!" Laura berdecak sebal merasa kesal. Biasanya sering pada malam minggu dirinya akan pergi ke club malam untuk menenangkan diri dan mencuci mata, tapi sekarang kedua temannya malah mengajaknya ke kafe milik Alvan.
"Ra, ayolah. Lo liat kafenya Alvan, gak ngebosenin. Lebih enak di sini dari pada di club, lagian lo juga harus jaga kesehatan kali," balas Monica yang ujung-ujungnya membuat Laura tak dapat berkutik.
"Bener yang dibilang Monic, sekali-kali cari suasana baru, sis," sahut Chelsea seraya menyeruput taro latte miliknya. "Nih enak, lo pesen, gih."
"Males." Laura acuh kemudian lebih memilih memainkan hpnya.
Jika kalian beranggapan bahwa Laura adalah orang penting dan selalu membalas pesan yang dikirimkan orang-orang, maka kalian salah. Dirinya emang terlihat asik bermain hp, namun, gadis itu cuma membuka tutupnya, dari aplikasi ini ke yang lain, kemudian kembali lagi ke layar utama.
Cuma itu yang ia lakukan. Membosankan? Jelas.
"Sayang.."
Mendengar suara seseorang yang begitu Chelsea kenali, Chelsea langsung berbalik badan dan menyerang Alvan dengan pelukannya.
"SAYANG!!" ujar gadis itu dengan riang.
Alvan tersenyum simpul, mencubit singkat hidung mungil milik Chelsea. "AAAA CANTIK, LUCU!" Alvan gemas. Cowok itu menangkup kepala Chelsea kemudian ia cium kedua pipi itu dengan gemas.
"Sayang, sakit ih," eluh Chelsea, seketika Alvan membulatkan matanya dan memeriksa kondisi Chelsea. "Mana yang sakit mana? Maafin aku," ujar Alvan dengan cemberut lalu menunduk merasa bersalah.
Chelsea terkekeh kecil, "Udah sambuh nih."
"Norak lo berdua, alay." Laura berujar dengan ketus, menatap Alvan serta Chelsea sinis.
"Iri bilang boss!" ledek Alvan yang malah merangkul Chelsea, memamerkan pacarnya itu di depan Laura.
"Ngapain juga gue iri sama lo, paul. Cowo gue lebih ganteng," balas Laura lumayan keras.
"Halah jomblo sok sok an bilang punya cowok, halu neng haluuu."
Ucapan Alvan membuat Laura terdiam tak dapat berkata-kata. Laura berdesis, memonyongkan bibirnya merapalkan sumpah serapah untuk Alvan yang begitu menyebalkan di mukanya.
Sedangkan Monica celingak-celinguk mencari seseorang, gadis itu menatap kesana kemari tanpa memedulikan Laura dan Alvan yang sedang bercocok sekarang.
Chelsea yang melihat raut wajah bingung Monica pun segera menghampiri nya dan menepuk pundak gadis itu singkat. "Ngapain lo? Nyari siapa hayo?" Chelsea menyipitkan matanya menerka-nerka. Monica seperti tertangkap basah, dengan cepat gadis itu memalingkan muka.
KAMU SEDANG MEMBACA
FORTE [COMPLETED]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Di mata orang, Laura emang terlihat sempurna. Dia cantik, putih, langsing, kaya raya, dan punya segalanya, sehingga dijuluki Queen di sekolah. Namun siapa yang tau? Laura hanya gadis yatim yang tengah memperjuangkan penyakit...