35. NETIZEN GERCEP
"Mpuss, meongg.." Citra berucap menirukan suara kucing. Gadis itu mendekat, di tangannya juga ada satu ekor ikan yang sudah digoreng matang.
"Mpuss, sini," katanya lagi, namun kucing itu terus saja menghindar menjauh darinya.
Citra sampai kehabisan akal, gadis itu sangat menyukai kucing, ketika melihat wajah menggemaskan itu, ingin sekali Citra mencubitnya. Namun sayang, Citra tidak berani memegangnya, karena trauma dulu pernah digigit. Jadi lah ia cukup memandang kucing dari jarak jauh.
"Eh?"
Kucing itu tiba-tiba saja digendong oleh seseorang, membuat Citra mendongak ingin tau siapa orang tersebut.
"Kalo pengen pegang, pegang aja, dia gak bakalan gigit," ujar Elgar sambil menggendong kucing itu layaknya bayi, kemudian berjongkok di depan Citra.
Citra sedikit menjauh menghindari hewan itu, menggeleng tidak mau. "Elgar jauhin, nanti dia nyakar."
"Enggak. Nih buktinya, dia anteng," sahut Elgar memperlihatkan kucingnya yang terbaring santai digendongan Elgar.
Citra tetap menggeleng dengan alasan takut. "Aku gak berani."
"Mau coba pegang?"
"Enggak!" Citra menggeleng dengan tegas.
Elgar tertawa kecil, ia menyodorkan kucing itu tepat di depan Citra, membuat Citra memekik histeris hingga ingin menangis saat itu juga.
"ELGAR JAUHIN!"
"Kucing itu hewan lucu, sayang kalo diangguri. Sini, gue bantu supaya lo gak takut lagi. Pelan-pelan aja," ujar Elgar membuat Citra sedikit berpikir.
"Tapi kalo gigit?"
"Percaya sama gue."
Tangan Elgar mulai menggenggam tangan Citra, membantunya untuk memegang kucing dengan perlahan. Bukannya mengingat kucing, justru jantung Citra tidak terkendali sekarang saat Elgar memegang tangannya.
Dengan sedikit berkeringat dingin, tangannya mulai mengelus bulu kucing yang halus berkat bantuan tangan Elgar yang menggenggamnya.
Citra menarik tangannya kembali sembari berujar, "Kok kayak kenyel-kenyel gitu, ya?" tanyanya dengan polos.
Elgar tertawa. "Emang kayak gitu, lo aja yang gak pernah megang kucing."
"Sembarangan kamu. Dulu aku itu suka banget sama kucing, tapi semenjak dia nyakar mata aku sampe berdarah, aku gak berani lagi pegang kucing."
"Separah itu?" Citra mengangguk.
"Mau pegang lagi?" tanya Elgar memastikan, namun Citra menggeleng. "Geli."
"Ya udah," balas Elgar lalu mulai mambawa kucing itu agak menjauh dari hadapan Citra, seraya memberikan ikan goreng yang tadi belum sempat dimakan hewan menggemaskan itu.
Setelah beres, Citra kembali berdiri lalu menatap Elgar sambil tersenyum. Elgar yang sedang asik memberikan ikan itu pada kucing langsung menoleh.
Elgar berbalik, menghampiri Citra.
"Kamu ngapain sore-sore kayak gini dateng ke rumah aku?" Citra bertanya dengan bingung.
"Gak ada, gue bosen di rumah," balas Elgar dengan cuek, langkahnya malah menuju kursi rotan di depan rumah Citra dan duduk disana sehingga cewek itu menyusul dan ikut duduk di sebelah Elgar.
"Laura belakangan ini kenapa gak kelihatan, ya?" heran Citra.
Elgar menggidikkan bahunya tidak tau, lalu menggeleng pelan. "Ada urusan kayaknya. Gue juga gak tau."
KAMU SEDANG MEMBACA
FORTE [COMPLETED]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Di mata orang, Laura emang terlihat sempurna. Dia cantik, putih, langsing, kaya raya, dan punya segalanya, sehingga dijuluki Queen di sekolah. Namun siapa yang tau? Laura hanya gadis yatim yang tengah memperjuangkan penyakit...