44. DIA SEBENARNYA TAU
Malam itu, Sarah meminta Elgar untuk menghantarkannya ke rumah sakit untuk menjenguk teman Sarah yang bernama Dian. Teman mamanya itu katanya baru saja melahirkan anaknya yang ketiga.
Seharusnya Damian yang menghantarkan Sarah, tapi mengingat suaminya sedang sibuk beberapa hari ini, Sarah lebih memilih meminta Elgar untuk mengantarkannya ke sana.
Pada awal mulanya, semua berjalan dengan aman. Elgar juga sempat ikut masuk ke ruangan teman mamanya dan bersapa.
Tentu Elgar tidak betah berada di sana mengingat isinya adalah para orang tua, dan juga cara berbicara mereka berbeda dengan dirinya. Maka dari itu, Elgar memilih keluar dan menunggu mamanya dari luar.
Elgar duduk di depan ruang inap, tepat kamar yang mamanya kunjungi. Sambil memainkan hp nya untuk mengurangi rasa bosan.
Percakapan antara dua orang dokter berhasil membuat Elgar langsung memasukkan hp nya kembali ke saku celana. Cowok itu mendekat ke asal suara saat nama yang begitu Elgar kenal disebut-sebut.
Laura.
Tepat di ujung lorong, Elgar melihat seorang dokter perempuan dan dokter laki-laki tengah gelisah dengan dokter perempuan yang terus mengecek sesuatu di hpnya.
"Aku khawatir.."
Tak lama langkah kaki terdengar di telinga Elgar membuat Elgar bersembunyi.
Laura datang dengan tergesa-gesa, ia menghampiri dokter wanita tadi dengan raut bingung.
"Ayo, biar saya dan dokter Radit yang menemani kamu."
Sepeninggal Laura dan kedua dokter itu menuju rooftop, Elgar mengikuti tanpa seorang pun tau akan dirinya.
Dengan sikap siaga dan berhati-hati, Elgar mengambil bagian paling pojok, menghimpit dirinya dengan barang-barang besar yang ada di rooftop.
Dari sini, Elgar dapat melihat dengan jelas apa yang Laura dan salah seorang dokter muda itu lakukan.
Elgar mengingat sebentar. Wajah dokter itu seperti Elgar pernah melihatnya, namun ia lupa. Akhirnya, Elgar ingat, dokter itu adalah dokter yang bersama Laura lalu ketika gadis itu berada di rumah sakit beberapa waktu lalu.
Pertanyaannya sekarang, apakah dokter itu dekat dengan Laura?
Masih dengan menyimak pembicaraan antara mereka berdua, semakin lama pembicaraan itu semakin pula Elgar tau, apa saja yang Laura sembunyikan selama ini.
Rasa terkejut tentu saja tercetak jelas di wajah tampan milik Elgar. Cowok itu tercekat hingga tangan yang menggepal kuat, jantungnya memompa lebih cepat, dengan mulut yang tak dapat digerakkan saat kedua manusia itu mengungkapkan hal yang tak pernah ada dipikiran Elgar sebelumnya.
"Sakit ... jantung?" Nada suara Elgar terdengar rendah.
Dengan rasa tak karuan di dadanya, Elgar meninggalkan rooftop kemudian kembali menghampiri Sarah yang berada di ruang rawat temennya, mengajak Sarah untuk pulang.
Tibanya Elgar di rumah, cowok itu merenung dalam kamarnya seraya memandangi kamar Laura yang tepat di seberang kamarnya.
"Laura sakit jantung?" Pertanyaan itu terus saja memenuhi otak Elgar semalaman ini. Elgar tidak menyangka. Bagaimana bisa?
KAMU SEDANG MEMBACA
FORTE [COMPLETED]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Di mata orang, Laura emang terlihat sempurna. Dia cantik, putih, langsing, kaya raya, dan punya segalanya, sehingga dijuluki Queen di sekolah. Namun siapa yang tau? Laura hanya gadis yatim yang tengah memperjuangkan penyakit...