29. MALAM BERSAMA ELGAR
Cuaca malam ini sangat bagus sekali, di mana bintang, bulan, kompak menunjukkan wujud masing-masing di atas sana.
Laura menatap dari balkon dalam diam, gadis itu meratapi alam semesta dengan sedih.
Padahal ini keputusan yang tidak terlalu sulit bagi sebagian orang, tapi entah kenapa, justru ini adalah yang paling berat bagi Laura.
"Huftt," Laura menghembuskan napasnya. Ketika sedang melihat sekitar, matanya secara tak sengaja menangkap seseorang yang kini juga sedang menatap dirinya, sama seperti Laura, Elgar juga berada di balkon kamar rumahnya.
Laura baru saja hendak menyapa, namun gadis itu urungkan.
Dari tempatnya berdiri sekarang, ada rasa tak tega melihat Laura murung seperti ini, meskipun gadis itu menyebalkan, entah kenapa, Elgar tak pernah merasa risih lagi sekarang.
"Laura," panggil Elgar cukup keras, membuat gadis di seberang sana menyaut. "Lo manggil gue?"
Elgar mengangguk singkat, kemudian berujar lagi. "Siap-siap, gue tunggu di depan rumah lo."
"Mau ngapain?"
Elgar tak membalas pertanyaan Laura, justru laki-laki itu masuk ke kamarnya dan mengambil jaket serta kunci motor yang terletak di atas nakas.
Laura yang melihat Elgar mulai bergegas pun juga ikut masuk kembali ke kamarnya. Dengan terburu-buru, ia membongkar lemari dan mencari sebuah kaos lengan panjang, yang sangat cocok untuk malam-malam yang dingin seperti ini.
Setelah semuanya di rasa beres, Laura berjalan agak cepat menuruni tangga dan menuju pintu utama yang ternyata sosok Elgar sudah berada tepat di depan.
"Lo mau ngajak gue kemana sih, Gar?" herannya, tak biasanya Elgar terang-terangan seperti ini.
"Ikut gue aja. Naik," titahnya sembari naik ke atas motor, di ikuti pula oleh Laura melakukan hal yang sama.
Elgar menancap gas, lalu pergi ke tempat yang bahkan Laura pun tak tau.
****
Laura tak kuasa menahan rasa kagetnya saat Elgar membawanya ke pasar malam yang ramai. Laura sendiri pun tidak tau jika ada pasar malam di sini.
"Lah, di sini ada pasar malam?"
Elgar mengangguki pertanyaan Laura, cowok itu memasukkan kedua tangannya ke dalam saku kemudian berjalan lebih dulu. Laura yang melihat itu pun segera berlari menyusul Elgar.
"Wah, sakit apa lo, Gar, sampe ngajak gue ke sini?"
"Gak sakit apa-apa."
Laura berhenti, menatap Elgar dengan curiga, namun beberapa detik kemudian gadis itu tertawa dengan keras membuat Elgar heran.
KAMU SEDANG MEMBACA
FORTE [COMPLETED]
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Di mata orang, Laura emang terlihat sempurna. Dia cantik, putih, langsing, kaya raya, dan punya segalanya, sehingga dijuluki Queen di sekolah. Namun siapa yang tau? Laura hanya gadis yatim yang tengah memperjuangkan penyakit...