27 - Keluarga Baru?

436 30 5
                                    

"Thanks, Gar!"

Laura baru saja tiba di rumahnya dengan keadaan lelah. Cewek itu duduk di sofa ruang tamu, kemudian mengambil sebuah botol air minum di tas sekolahnya dan meneguk minum tersebut hingga abis.

"Huh segernyaa," ungkapnya puas. Laura beranjak dari duduknya, setelah itu berjalan seraya menenteng tas menuju kamar.

Cklek.

Laura kembali menutup pintu kamar. Dahinya berkerut heran saat mendapati sebuah dress cantik di atas tempat tidur gadis itu.

Laura mendekatinya kemudian menelisik dengan sesama, senyuman mengembang di wajah cantik remaja tersebut.

"Gila, kece banget," ujarnya takjub. Sesaat kemudian senyuman itu mulai memudar, tergantikan dengan raut wajah bingung.

"Ini siapa yang ngasih?" tanyanya untuk diri sendiri. Laura mengambil baju itu lalu ia membawanya keluar kamar.

"Bi Galuh," panggil Laura lumayan keras, memanggil asisten rumah tangganya itu. Tak ada sahutan sampai beberapa menit, hingga bi Galuh masuk ke dalam rumah dengan beberapa kantong belanjaan di tangannya.

"Bibi dari mana?" Laura berlari kecil menghampiri bi Galuh, matanya menatap belanjaan bi Galuh dengan tatapan bingung.

"Saya dari pasar mbak, stok bahan di dapur sudah abis," balas Bi Galuh membungkukkan badanya sedikit.

"Saya permisi ke belakang ya, mbak," Bi Galuh menunduk hormat, baru saja ingin melangkah, Laura terlebih dahulu menahannya.

"Ada apa mbak Laura?"

Laura menatap dress di tangannya, lalu gadis itu tunjukkan ke bi Galuh.

"Bibi ya, yang naruh dress ini di kamar aku?"

Bi Galuh melihat dress itu dengan seksama kemudian menggeleng tanda tidak tau. "Bukan saya mbak, mungkin ibu kali," ujarnya.

"Bukan mama kayaknya bi, mama aja sibuk banget di butik."

"Aduh mbak saya tidak tau dress itu dari siapa, maaf ya."

"Bibi kenapa malah minta maaf? Aku cuman nanya dress doang kali. Ya udah nanti aku tanya mamah deh, bibi boleh balik lagi ke dapur." Bi Galuh mengangguk hormat, lalu wanita berumur 36 tahun itu berjalan menuju dapur.

Laura bengong, menggaruk bagian belakang kepalanya bingung. "Au ah, cape mikir!"

****

Dara tersenyum menang, gadis itu menepuk-nepuk bajunya yang kotor akibat tanah. Ia menatap seseorang yang kini tak dapat bergerak di atas aspal, di wajahnya udah penuh luka dan lebam.

"Lo mau lawan gue? Gak bisa shayy," ujar gadis itu tertawa di akhir, lalu menguncir rambut panjangnya.

"Gini, lo pasti suruhannya Fazo, kan?" tanyanya yakin, membuat orang tersebut diam tanpa membalas apapun.

"Bisu ya lo? Tinggal jawab aja apa susahnya sih. Mau gue tambah nih?!" Dara mengangkat tangannya, hendak memberikan pukulan kembali, namun cowok itu berteriak membuat Dara mengurungkan niatnya.

"IYA, oke gue ngaku, gue emang disuruh sama Fazo untuk mata-matain lo," ujarnya dengan takut, menempelkan kedua telapak tangannya memohon.

Dara berdecak, meninju ruang kosong di depannya. "Sialan, tu anak keknya terobsesi banget sama gue."

"Lo bilang sama dia, jangan pernah ganggu gue lagi, gue benci sama dia."

FORTE [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang